Free Flower Color Change2 Cursors at www.totallyfreecursors.com

Jumat, 01 Desember 2017

Ketrampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil



Menurut Suryosubroto, (1997: 179), diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan pendapat dan jawaban kebenaran atas suatu masalah.
 Menurut Suprihadi Saputre dkk, (2000:181-182), diskusi kelompok kecil terdiri atas 4-5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di pertengahan pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, menjelaskan penguasaan bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan interprestasi dsn informasi pengertian, persepsi, informasi, interprestasi, sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.[1]
Menurut Rusman(2013:89) "keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa secara kelompok. Untuk itu keterampialan guru harus dilatih dan dikembangkan, sehingga para guru memiliki kemampuan untuk melayani siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok kecil"[2]
Agar dalam membimbing diskusi kelompok sukses, seorang guru perlu memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan diskusi. Menurut Hasibuan dkk (2006:90-91) menjabarkan komponen keterampilan diskusi kelompok kecil yang diantaranya adalah (a) pemusatan perhatian, (b) memperjelas masalah, (c) menganalisa pandangan siswa, (d) meningkatkan urunan pikiran siswa, (e) menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (f) menutup diskusi.[3]
Sedangkan menurut Uzer Usman di dalam bukunya yang berjudul menjadi guru profesional diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Pengertian diskusi kelompok dalam kegiatan belajar mengajar tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas. Siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau teman-temannya untuk berbagi informasi, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Diskusi tersebut berlangsung dalam suasana terbuka. Setiap siswa bebas mengemukakakn ide-idenya tanpa merasa ada tekanan dari teman atau gurunya dan setiap siswa harus menaati peraturan yang ditetapkan sebelumnya.
Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang harus ada pada proses belajar mengajar. Akan tetapi, tidak semua guru dan calon guru mampu membimbing paa siswanya untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan. Oleh karena itu, ketrampilan ini perlu diperhatikan agar guru dan calon guru mampu melaksanakan tugas ini dengan baik.
a.      Komponen Ketrampilan Membimbing Diskusi

1.      Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
Caranya adalah segai berikut:

·         Rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi.
·         Kemukakakn malalah-masalh khusus.
·         Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan.
·         Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi.

2.      Memperluas masalah atau urunan pendapat

Selama diskusi berlangsung sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas sehingga sukar ditangkap oleh anggota kel ompok, yang akhirnya menimpulkan kesalahpahaman hingga keadaan dapat menjadi tegang.
Dalam hal demikian tugas guru dalam memimpin dikusi untuk memperjelas, yakni dengan cara:

·           Menguraikan kembali atau merangkum urunan tersebut hingga menjadi jelas.
·           Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut.
·             Menguraikan gagaan siswa dengan memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai dengan kelompok memperoleh pengertian yang lebih jelas.

3.      Mengalisis pandangan siswa

Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan di antara anggota kelompok. Dengan demikian guru hendaklah  mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut:

·         Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat.
·         Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.

4.      Meningkatkan urutan siswa

Beberapa cara untuk meningkatkan urunan pikir siswa adalah:

·         Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir.
·         Memberikan contoh-contoh verbal atau nonverbal yang sesuai dan tepat.
·         Memberikan waktu untuk berpikir.
·         Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa dengan penuh.
·         Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa  dengan penuh perhatian.

5.      Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
                                  Penyebaran kesempatan berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara:

·         Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan mengarahkan peertanyaan langsung secara bijaksana. Misalnya, bapak (ibu) yakin bahwa Nita dapat menjawab. Coba, Nita!”
·         Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan memberi giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu.
·         Mencegah secara bijaksana yang suka memonopoli pembicaraan.
·         Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi antarsiswa dapat ditingkatkan.

6.      Menutup diskusi

Keterampilan akhir yang harus dikuasai oleh guru adlah menutup diskusi.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

·         Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan para siswa. Ini lebih efektif daripada bila rangkuman hanya dibuat sendiri oleh guru.
·         Meberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi ataupun tentang topik diskusi yang akan datang.
·         Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai.

7.      Hal-hal yang harus diperhatikan

·         Mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi kesempatan.
·         Membiarkan siswa tetentu memonopoli diskusi.
·         Membiarkan terjadinya penyimpangan dari tujuan dengan pembicaraan yang tidak relevan.
·         Membiarkan siswa yang enggan berpartisisipasi.
·         Tidak menperjelas atau mendukung urunan pikir siswa.
·         Gagal mengakhiri diskusi secara efeektif.

b.      Latihan Penerapan dalam Pengajaran Mikro

Sajikanlah suatu pengajaran selama 10-50 menit dengan menggunakan metoe diskusi. Siapkan satu topic diskusi, dan usahakan agar anda dengan siswa mempunyai latar belakang yang sama tentang topic tersebut. Terapkanlah sejumlah komponen keterampilan yang sesuai dalam memimpin diskusi. Rekamlah diskusi itu dengan VTR. Bila tidak tersedia, pakailah tape-recorder, dan putarlah kembali hasilnya. Gunakanlah lembar observasi untuk menilainnya.

c.       Latihan Penerapan dalam PPL

1.      Amatilah dengan teliti diskusi yang diselenggarakan oleh guru pamong tempat anda praktik. Catat hal-hal berikut:

·         Dasar pembentukan kelompok.
·         Jumlah kelompok dan anggota tiap kelompok.
·         Siapakah yang paling dominan dalam diskusi, guru atau murid?
·         Cara guru menyebarkan kesempatan berpartisipasi?
·         Respons siswa ketika orang lain mengemukakan pendapatnya.

2.      Rencanakanlah suatu diskusi dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam diskusi. Dalam pelaksanaanya, mintalah teman sejawat untuk mengamatinya. Kajilah hal-hal mana yang harus disempurnakan demi perbaikan serta peningkatan diskusi anda yang akan datang. [4]


[1] Suriyadi, ” Kemampuan Berpikir Kreatif Dengan Metode Diskusi Kelompok Kecil Dalam Pembelajaran I P A” dalam  jurnal  h.4-5.
[2] Zulfanidar, “Keterampilan Guru Membimbing Diskusi Kelompok Kecil di SD Negri Garot Aceh Besar “ dalam jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 175-184Agustus 2016, h.4.
[3] Merry Safitri, “Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Oleh Guru Bahasa Indonesia Di Kelas Vii Smp Laboratorium Undiksha” e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014), h.3.
[4] Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 94.

0 komentar:

Posting Komentar