Salah satu permasalahan
kontemporer dari dunia pendidikan saat ini adalah tidak efektifnya metode
belajar-mengajar. Sehingga titik temu yang dihasilkan dari keinginan dan
kemampuan guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar tidak optimal. Kadang
guru lebih nyaman dengan metode pemberian tugas, tapi siswanya justru lebih
bisa menangkap jika ada penjelasan dari guru.
Sebagaimana
dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia.
Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah
(manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan
hingga tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam
pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses.
Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan
psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif
dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.
Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses
menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
Kemajuan hasil
belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi digunakan untuk membuat senjata
pemusnah sesama manusia. Jadi belajar disamping membawa manfaat namun dapat
juga menjadi mudarat. Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar namun
kegiatan belajar memiliki arti penting yaitu dengan belajar seseorang dapat
mempertahankan dirinya untuk tetap bertahan hidup dari segala macam gangguan baik
yang datang dari dalam dirinya maupun juga yang datang dari luar dirinya.
A.
BELAJAR
v Belajar adalah usaha aktif dari
seseorang yang dilakukan secara sadar untuk mengubah perilakunya sendiri.
v Belajar adalah suatu perubahan perbuatan
sebagai akibat dari mengalami.
v Belajar adalah proses perbaikan
pengetahuan dan keterampilan dengan cara mengalami sendiri.
v Belajar adalah mengubah perbuatan, yaitu
pengetahuan dan keterampilan, yang hasilnya dapat benar atau salah.
v Belajar adalah suatu proses untuk
mendapatkan kemampuan agar dapat menggantikan perilaku yang buruk menjadi baik.
Hampir semua
perilaku manusia adalah hasil dari proses belajarnya, sehingga dapat dikatakan
bahwa proses belajar adalah proses pematangan atau pendewasaan seseorang.
Belajar juga didorong oleh kebutuhan atau keinginan yang dimiliki dan dirasakan
oleh orang yang bersangkutan.
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan tentang
hakekat/pengertian belajar antara lain:
a. Menurut
Morgan (Whandi: 2009) belajar didefinisikan sebagai setiap
perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil
pengalaman Definisi ini. Mencakup tiga unsur, yaitu: (1). Belajar adalah
perubahan tingkah laku, (2). Perubahan tersebut terjadi karena latihan atau
pengalaman. Perubahan yang terjadi pada tingkah laku karena kedewasaan bukan
belajar, dan (3). Perubahan tersebut harus relatif permanen dan tetap ada untuk
waktu yang cukup lama.
b. Menurut
Snelbecker (Whandi: 2009) menyimpulkan devinisi belajar sebagai
berikut: (1) Belajar harus mencakup tinglah laku. (2) Tingkah laku
tersebut harus berubah dari tingkat yang paling sederhana sampai yang kompleks.
(3) Proses perubahan tingkah laku tersebut harus dapat dikontrol sendiri atau
dikontrol oleh faktor-faktor eksternal.
c. Menurut
Gagne (Whandi: 2009) Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah
tingkah lakunya sebagai akibat pengalaman Dari pengertian tersebut
terdapat tiga atribut pokok atau ciri utama belajar, yaitu: proses, perilaku,
dan pengalaman, dengan pengertian sebagai berikut:
1) Proses;
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan.
Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktifitas
pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi
terasa oleh yang bersangkutan yang dapat diamati guru adalah
manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat dari adanya aktifitas
pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.
2) Perubahan
Perilaku; Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang
yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa
pengetahuan, ketrampilan, atau penguasaan nilai-nilai sikap.
3) Pengalaman;
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara
individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan
fisik, misalnya :buku, alat peraga, alam sekitar. Lingkungan sosial, misalnya:
guru, siswa pustakawan, dan Kepala Sekolah.
Belajar bisa melalui pengalaman
langsung maupun melalui pengalaman tidak langsung. Belajar melalui pengalaman
langsung, misalnya siswa belajar dengan melakukan sendiri dan pengalaman
sendiri. Belajar melalui pengalaman tidak langsung, misalnya mengatahui dari
membaca buku, mendengarkan penjelasan guru. Belajar dengan melalui pengalaman
langsung hasilnya akan lebih baik karena siswa lebih memahami, lebih menguasai
pelajaran tersebut, bahkan pelajaran terasa oleh siswa lebih bermakna.
d.
Menurut HM. Surya (2002), belajar
adalah suatu proses yang dilakukan oleh Individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu iti sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurutnya ada
keterkaitan antara pengertian belajar dengan pengertian lain, misalnya:
1) Belajar
dan Pertumbuhan, Perkembangan dan Kematangan.
Dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan,akan
terjadi perubahan tingkah laku. Akan tetapi perubahan yang terjadi dalam ketiga
pengertian itu tidak tergolong sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan
yang terjadi dalam pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan akan terjadi
dengan sendirinya karena dorongan dari dalam secara naluriah. Proses belajar
efektif apabila ada persesuaian dengan proses pertumbuhan, perkembangan, dan
kematangan. Sebaliknya proses pertumbuhan dan perkembangan akan berlangsung
dengan baik apabila disertai dengan belajar.
2) Belajar
dan Menghafal
Antara belajar dan menghafal ada keterkaitan. Belajar
mempunyai pengertian lebih luas daripada menghafal. Dalam menghafal perubahan
tingkah lakunya hanya terbatas dalam penyimpanan dan pengeluaran informasi
dalam kesadaran (otak). Sedangkan dalam belajar perubahan tingkah lakunya
mencakup keseluruhan. Menghafal hanya salah satu aspek saja dari tingkah
laku kognitif, dan belum mencakup tingkah laku lainnya.
3) Belajar
dan Latihan
Belajar dan latihan mempunyai keterkaitan meskipun tidak
identik Dalam belajar dan dalam latihan akan terjadi perubahan
tingkah laku. Aspek tingkah laku yang berubah karena latihan adalah
perubahan dalam bentuk skil atau ketrampilan.
4) Belajar
dan Studi
Dalam aktifitas studi, perubahan tingkah laku yang terjadi
adalah aspek pengetahuan (knowledge) dan pemahaman (understanding)
Aktifitas studi merupakan bagian dari aktifitas belajar secara keseluruhan.
5) Belajar
dan Berpikir
Ada keterkaitan antara belajar dan berpikir. Berpikr
merupakan proses kognitif dalam tingkah laku yang lebih tinggi. Dalam berpikir
individu akan menggunakan berbagai informasi yang dimilikinya untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya. Untuk dapat berpikir secara efektif seseorang harus
menguasai sejumlah informasi (fakta, konsep, generalisasi, prinsip, teori, dan
sebagainya), Informasi yang dimiliki seseorang diperoleh melalui belajar.
I. JENIS-JENIS BELAJAR
a.
Menurut Robert M. Gagne
Manusia memilki
beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu banyak
tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia.
Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :
1. Belajar isyarat (signal learning).
Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus
sebenarnya tidak menimbulkan respon.dalam konteks inilah signal learning
terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya
yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.
2. Belajar stimulus respon. Belajar tipe
ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang
tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu
(shaping). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau
gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru member
pertanyaan kemudian murid menjawab.
3. Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini
merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya
membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran
tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk
mencapai tujuannya.
4. Belajar asosiasi verbal (verbal
Association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu
obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata
dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu
praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu. Membuat prosedur dari praktek
kayu.
5. Belajar membedakan (discrimination).
Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang
mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk
pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang
mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar.
Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa menerka ada yang bilang berbentuk
kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.
6. Belajar konsep (concept learning).
Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek-obyek dalam kelompok
tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili
kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek
atau juga teori. Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau
konsep dalam kuliah mekanika teknik.
7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini
meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari
penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam
bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada siswa
yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu
hukuman diberikan supaya siswa tidak mengulangi kesalahannya.
8. Belajar memecahkan masalah (problem
solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah
untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher
order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau permasalahan
kepada siswa-siswanya untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian
dari masalah tersebut.
II.
Ciri-Ciri Belajar
Ciri-ciri
belajar adalah sebagai berikut :
1.
Adanya
kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
2.
Perubahan
itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
3.
Perubahan
itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi
akibat interaksi dengan lingkungan.
4.
Perubahan
tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena
kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Berikut
beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:
1. Adanya dorongan rasa ingin tahu
2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow
bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari
kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.
4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa
yang telah diketahuinya.
5. Agar mampu bersosialisasi dan
beradaptasi dengan lingkungannya.
6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan
mengembangkan potensi diri.
7. Untuk mencapai cita-cita yang
diinginkan.
8. Untuk mengisi waktu luang.
b. Menurut UNESCO
UNESCO telah mengeluarkan
kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar dalam kegiatan belajar
( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) :
1.
Learning
to know. Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar, dalam
hal ini ada tiga aspek : apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang
belajar.
2.
Learning
to do. Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu
mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini
menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan dunia kerja.
3.
Learning
to live together. Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu
hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu
berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.
Learning to be. Belajar ini ditekankan
pada pengembangan potensi insani secara maksimal. Setiap individu didorong
untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan learning to be seseorang
akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahanya dengan
kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi secara utuh.
III.
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Dalam
melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu
diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas
dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar
dan hasil-hasil penelitian dalam pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila
diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran
akan diperoleh hasil yang lebih optimal. Oleh karena itu untuk mencapai
kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, guru harus memperhatikan
prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne dan Atwi Suparman.
Pembelajaran
yang efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur pemanasan dan
apersepsi, eksplorasi, konsolidaesi pembelajaran, pembentukan kompetensi; sikap
dan perilaku, penilaian formatif. Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar adalah
perhatian, motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan
belajar, materi belajar yang merangsang dan menantang, penguatan kepada siswa
dan aspek psikologi lain. Perhatian, dalam pembelajaran guru hendaknya tidak mengabaikan
masalah perhatian. Sebelum pembelajaran dimulai guru hendaknya menarik
perhatian siswa agar siswa berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran
yang sedang diajarkan.
Motivasi, Jika perhatian siswa sudah terpusat maka langkah guru
selanjutnya memotivasi siswa. Walaupun siswa udah termotivasi dengan kegiatan
awal saat guru mengkondisikan agar perhatian siswa terpusat pada materi
pelajaran yang sedang berlangsung. Namun guru wajib membangun motivasi
sepanjang proses belajar dan pembelajaran berlangsung agar siswa dapa mengikuti
pelajaran dengan baik. Keaktifan siswa,
Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses belajar dan
pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang
disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu
menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah
penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa
banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan
mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pengulangan belajar, Penguasaan meteri
oleh siswa tidak bisa berlangsung secara singkat. Siswa perlu melakukan
pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena
itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan pengulangan
belajar.
Materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang
sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih
dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang
siswa untuk mempelajarinya. Balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau
reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa.
Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan
memberikan penghargaan.
Aspek-aspek psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan
individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar
siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang
diberikan kepada siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur
jadwal pelajaran , dll.
B.
Mengajar
Yang Efektif
Mengajar adalah membimbing siswa, agar
mengalami proses belajar. Dalam belajar, siswa menghendaki hasil belajar yang
efektif bagi dirinya. Mengajar yang efektif berarti mencapai tujuan, siswa
belajar meraih target sesuai dengan kriteria target pada perencanaan. Mengajar
yang efektif jika siswa dapat menyerap materi pelajaran dan mempraktekannya
sehingga memperoleh keterampilan terbaiknya. Mengajar yang efektif
berarti guru dapat menggunakan waktu yang sesingkat-singkatnya dengan hasil
setinggi-tingginya. Jadi mengajar yang efektif berarti mengajar yang efisien.
Efektif itu artinya mencapai target yang
ditetapkan dalam rencana. Oleh karena itu perencanaan pembelajaran yang efektif
adalah yang menetapkan kiteria target dan guru melakukan pengukuran
pencapaian. Jadi, mengajar yang efektif itu jika pelaksanaannya terdapat
instrumen untuk mengukur keberhasilan dan melaksanakan pengukuran.
Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus membantu dengan
cara mengajar yang efektif. Mengajar
yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif
pula. Maka, untuk mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai
berikut :
1) Belajar
secara aktif, baik mental maupun fisik. Didalam belajar, siswa harus mengalami
aktivitas mental, dan juga aktivitas jasmani.
2) Guru
harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. Dengan variasi metode,
mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah
diterima siswa, dan suasana kelas menjadi hidup.
3) Motivasi.
Hal ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan anak selanjutnya melalui
Proses Belajar Mengajar. Bila motivasi guru tepat mengenai sasaran akan
meningkatkan kegiatan anak dalam belajar.
4) Kurikulum
yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah ini juga harus mampu mengembangkan
segala segi kepribadian anak, disamping kebutuhan anak sebagai anggota
masyarakat.
5) Guru
perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak cukup hanya
merencanakan pengajaran klasikal, karena masing-masing anak mempunyai perbedaan
dalam beberapa segi, misalnya intellegensi, bakat, tingkah laku, sikap, dll.
6) Guru
akan mengajar dengan efektif, bila selalu membuat perencanaan dahulu sebelum
mengajar. Dengan persiapan mengajar, guru akan merasa mantap dan lebih percaya
diri berdiri didepan kelas untuk melakukan interaksi dengan siswa-siswinya.
7) Pengaruh
guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada anak. Sugesti yang kuat, akan
merangsang anak untuk lebih giat lagi dalam belajar.
8) Seorang
guru harus memiliki keberanian menghadapi murid-muridnya, berkenaan dengan
permasalahan yang timbul pada saat Proses Belajar Mengajar berlangsung.
9) Guru
harus mampu menciptakan suasana yang demokratis disekolah. Lingkungan yang
saling menghormati, dapat memahami kebutuhan anak, bertenggang-rasa, dll.
10) Pada penyajian bahan pelajaran pada anak, guru
perlu memberikan persoalan yang dapat merangsang anak untuk berpikir dan
memunculkan reaksinya.
11) Semua pelajaran yang diberikan anak perlu di integrasikan,
sehingga anak memiliki pengetahuan yang terintegrasi, tidak terpisah-pisah pada
sistem pengajaran lama, yang memberikan pelajaran terpisah satu sama lainnya.
12) Pelajaran disekolah perlu dihubungkan dengan
kehidupan nyata di masyarakat.
13) Dalam interaksi belajar-mengajar, guru harus
banyak memberi kebebasan pada anak untuk dapat menyelidiki sendiri, belajar
sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri.
14) Pengajaran remedial, yang diadakan bagi siswa
yang mengalami kesulitan belajar.
Mengajar yang efektif berarti mencapai
tujuan, siswa belajar meraih target sesuai dengan kriteria target pada
perencanaan. Mengajar yang efektif jika siswa dapat menyerap materi pelajaran
dan mempraktekannya sehingga memperoleh keterampilan terbaiknya. Mengajar
yang efektif berarti guru dapat menggunakan waktu yang sesingkat-singkatnya
dengan hasil setinggi-tingginya. Jadi mengajar yang efektif berarti mengajar
yang efisien.
Efektif itu artinya mencapai target yang
ditetapkan dalam rencana. Oleh karena itu perencanaan pembelajaran yang efektif
adalah yang menetapkan kiteria target dan guru melakukan pengukuran
pencapaian. Jadi, mengajar yang efektif itu jika pelaksanaannya terdapat
instrumen untuk mengukur keberhasilan dan melaksanakan pengukuran.
Kaidah yang berlaku dalam penerapan standar,
pembelajaran dinyatakan efektif jika menggunakan metode yang bervariasi. Nah,
yang satu ini memang beresiko. Perlu ada sistem penjaminan bahwa kebervariasian
menggunakan metode itu benar-benar mengarah pada pencapaian tujuan. Jika tidak
maka kebervariasian itu tidak menjamin berkembangnya motivasi dan minat siswa
belajar.
Jika kebervariasian metode mengajar menjadi
ciri efektifnya guru mengajar, maka guru yang profesional harus ditandai dengan
menguasai sejumlah metode dan mampu mengaplikasikannya. Pekerjaan itu baru
sempurna dinyatakan efektif jika benar-benar memfasilitasi siswa belajar untuk
menguasai kompetensi yang diharapkan.
Sepuluh Jenis Prinsip
Dasar Dalam Cara Mengajar yang Efetif.
a.
Menguasai Isi Pengajaran
Hukum yang pertama dalam
teori “Tujuh Hukum Mengajar” dari John Milton Gregory berbunyi: “Guru harus
mengetahui apa yang diajarkan.” Jika guru sendiri mengetahui dengan jelas inti
pelajaran yang akan disampaikan, ia dapat meyakinkan murid dengan wibawanya,
sehingga murid percaya apa yang dikatakan guru, bahkan merasa tertarik terhadap
pelajaran.
b.
Mengetahui dengan Jelas Sasaran Pengajaran
Pengajaran yang jelas
sasarannya membuat murid melihat dengan jelas inti dari pokok pelajaran itu.
Mereka dapat menangkap seluruh liputan pelajaran, bahkan mengalami kemajuan
dalam proses belajar. Empat macam ciri khas yang harus diperhatikan pada saat memilih
dan menuliskan sasaran pengajaran:
a.
Inti dari sasaran harus
disebutkan dengan jelas.
b.
Ungkapan penting dari
sasaran harus bertitik tolak dari konsep murid.
c.
Sasaran harus meliputi
hasil belajar.
Contoh: Contoh-contoh di
atas telah menjelaskan empat macam hasil belajar yang berbeda: pengetahuan,
pengertian, sikap, dan ketrampilan.
c.
Utamakan Susunan yang Sistematis
Pengajaran yang tidak
bersistem bagaikan sebuah lukisan yang semrawut, tidak memberikan kesan yang
jelas bagi orang lain. Tidak adanya inti, tidak tersusun, tidak sistematis,
akan sulit dipahami dan sulit diingat. Oleh sebab itu inti pengajaran harus
disusun dengan teratur dan sistematis.
d.
Banyak Gunakan Contoh Kehidupan
Pada saat mengajar,
seringlah menggunakan contoh atau perumpamaan kehidupan sehari-hari atau yang
pernah dialami misalnya dalam perdagangan, rental, nilai uts / uas, dan lain
sebagainyaContoh kehidupan adalah jembatan antara kebenaran ilmu dan dunia
nyata
e.
Cakap Menggunakan Bentuk Cerita
Bentuk cerita tidak
hanya diutarakan dengan kata-kata, namun juga boleh dicoba dengan menambahkan
gerakan-gerakan, yang memperdalam kesan murid. Bentuk yang paling lazim adalah
menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran.
f.
Menggunakan Panca Indera Murid
Penggunaan bahan
pengajaran yang berbentuk audio visual berarti menggunakan panca indera murid.
Bahan pengajaran audio visual bukan saja cocok untuk Sekolah Minggu anak-anak,
juga untuk Sekolah Minggu pelbagai usia. Ensiklopedia adalah buku yang sering
dipakai oleh para ilmuwan, namun di dalamnya terdapat banyak penjelasan yang
menggunakan gambar-gambar. Itu berarti bahwa para ilmuwan pun perlu bantuan
gambar untuk mengadakan penelitian. Para ahli pernah mengadakan catatan
statistik selama 15 bulan, sebagai hasilnya mereka mendapatkan persentase dari
isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh murid: bagi murid yang hanya
tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat mengingat 28%, sedangkan
bagi murid yang menggunakan indera pendengaran ditambah dengan indra
penglihatan dapat mengingat 78%.
g.
Melibatkan Murid dalam Pelajaran
Melibatkan murid dalam
pelajaran dapat menambah ingatan mereka, juga motivasi dan kegemaran mereka.
Cara itu dapat menghilangkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi ditengah
pertukaran pikiran antara guru dan murid, selain mengurangi tingkah laku yang
mengacau. Misalnya: biarkan murid menggunakan kata-katanya sendiri untuk
menjelaskan argumentasi atau pendapatnya; biarlah murid menggali dan menemukan
hubungan antar konsep yang berbeda, biarlah murid bergerak sebentar. Jika murid
sibuk melibatkan diri dengan pelajaran, maka tidak ada peluang lagi untuk
mengacau atau membuat ulah.
h.
Menguasai Kejiwaan Murid
Guru yang ingin
memberikan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, tentu harus memahami
perkembangan jiwa murid pada setiap usia. Ia juga harus mengetahui dengan jelas
kebutuhan dan masalah pribadi mereka. Pengertian antara guru dan murid adalah
syarat utama untuk komunikasi timbal balik. Komunikasi yang baik dapat membuat
penyaluran pengetahuan menjadi lebih efektif.
i.
Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup
Sekalipun memiliki cara
mengajar yang paling baik, namun jika terus digunakan dengan tidak pernah
diubah, maka cara itu akan hilang kegunaannya dan membuat murid merasa jemu.
Cara yang terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan
fleksibel, untuk menambah kesegaran.
j.
Menjadikan Diri Sendiri Sebagai Teladan
Masalah umum para guru adalah dapat berbicara,
namun tidak dapat melaksanakan. Pengajarannya ketat sekali, namun kehidupannya
sendiri banyak cacat cela. Cara mengajar yang efektif adalah guru sendiri
menjadikan diri sebagai teladan hidup untuk menyampaikan kebenaran, dan itu
merupakan cara yang paling berpengaruh. Kewibawaan seseorang terletak pada
keselarasan antara teori dan praktek. Jikalau guru dapat menerapkan kebenaran
yang diajarkan pada kehidupan pribadinya, maka ia pun memiliki wibawa untuk
mengajar.