A. Pengertian
Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah dalam
bahasa Arab berasal dari kata sajaratun yang berarti pohon. Apa yang
terjadi pada masa lampau merupakan cerminan atau pelajaran masa kini dan yang
akan datang. Sejarah dalam pandangan Islam tidak hanya berbicara masalah data
dan fakta, akan tetapi sejarah merupakan dialektikal nilai, pertarungan nilai.
Karena sejarah membawa identitas sebuah identitas masyarakat akan masa lalu
nya.[1]Jadi
sejarah adalah peristiwa atau kejadian masa lalu tidak hanya sekedar memberi informasi
tentang terjadinya peristiwa, tetapi juga memberi interpretasi atas peristiwa
yang terjadi dengan melihat pada hukum sebab akibat.
Kata peradaban
secara etimologi adalah terjemah dari kata Arab al-hadharah. Istilah
Arab ini juga sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
“kebudayaan”. Padahal istilah kebudayaan dalam bahasa Arab adalah al-atsaqafah.
Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak yang
mensinominkan dua kata: “ kebudayaan” al-tsaqafah (Arab) dan culture
(Inggris) dengan “peradaban” al-hadharah (Arab) dan civilization
(Inggris) sebagai istilah baku kebudayaan. Dalam perkembangan ilmu antropologi,
kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat
mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan teknis
dan teknologi lebih berkaitan dengan peradaban. Kebudayaan lebih banyak
difleksikan dalam seni, sastra, agama dan moral, maka peradaban terfleksi dalam
politik, ekonomi dan teknologi.
Kata “
kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta “budhayah”, ialah bentuk jamak dari
“budhi” yang berarti “budhi” atau “akal”. Demikian, kebudayaan itu dapat
diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Disamping itu ada
pula ahli yang berpendapat bahwa kata “kebudayaan” berasal dari kata “budi” dan
“daya”. Budi berarti “‘akal-fikiran” dan daya berarti “tenaga, kekuatan dan
sanggupan”. Maka kebudayaan mengandung makna leburan daripada dua makna tadi,
dan artinya himpunan segala usah dan daya yang dikerjakan dengan menggunakan
hasil pendapat budi, untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan mencapai
kesempurnaan.[2]
Berdasarkan
penjelasan di atas bahwa kebudayaan sering diartikan sama dengan peradaban. Kebudayaan sebagai bentuk ungkapan tentang semangat
mendalam suatu masyarakat. Sedangkan peradaban sebagai bentuk manifestasi-manifestasi
kemajuan teknis dan teknologi .
Pada umumnya
para ahli membagi agama menjadi 2, yaitu: agama samawi (wahyu) dan agama
ardhi (budaya). Agama samawi adalah agama ciptaan Allah yang
kemudian melalui utusannya disampaikan kepada umat manusia. Sedangkan agama ardhi
adalah agama yang diciptakan manusia.
Definisi agama,
Sidi Gazalba berpendapat bahwa agama Islam adalah: “Kepercayaan kepada Allah
dan melakukan ibadah kepada-Nya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, yang membentuk
taqwa”. Hakikat definisi tersebut adalah habl min Allah (hubungan manusia
dengan Allah). Jadi apabila didefinisikan
dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan Islam ialah cara berfikir dan cara
merasa taqwa yang menyatakan diri dalam seluruh aspek kehidupan sekumpulan
manusia dengan membentuk masyarakat. Esensi definisi kebudayaan Islam ialah
cara hidup, dan esensi definisi kebudayaan Islam ialah cara hidup taqwa.[3]
Landasan
peradaban Islam adalah kebudayaan Islam terutama wujud idealnya, sementara landasan
kebudayaan Islam adalah agama. Jadi dalam Islam, tidak seperti pada masyarakat
yang menganut agama bumi (ardhi), agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat
melahirkan kebudayaan. Jika kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa
manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari Tuhan.[4]
Dari definisi
sejarah, kebudayaan, Islam dapat disimpulkan bahwa sejarah kebudayaan Islam
adalah peristiwa atau kejadian umat-umat Islam terdahulu yang dijadikan sebagai
kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia saat ini sebagai pedoman untuk menjadi
lebih baik serta bahagia dunia akhirat.
B.
Ruang
Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam
Ruang
lingkup sejarah kebudayaan Islam sebagai berikut:
1.
Dakwah Nabi
Muhammad SAW.
2.
Kepemimpinan
umat Islam setelah Nabi wafat.
3.
Perkembangan
Islam periode klasik atau zaman keemasan (pada tahun 650-1250 M).
4.
Perkembangan
Islam pada abad pertengahan atau zaman kemunduran (pada tahun 1250-1800 M).
5.
Perkembangan
Islam pada abad modern atau zaman kebangkitan (pada tahun 1800 M- sekarang).
6.
Perkembangan
Islam di Indonesia.
Adapun penjelasan
mengenai klasifikasi ruang lingkup pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
atas antara lain sebagai berikut:
a.
Ruang lingkup tentang
dakwah Nabi Muhammad SAW pada periode Mekkah dan Madinah ini ditandai dengan
perjuangan Nabi Muhammad sebelum masa kerasulan dan saat masa kerasulan dalam
menyampaikan dakwah Islam baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan
di kota Makkah hingga peristiwa hijrahnya beliau bersama kaum muslimin ke kota
Madinah dan membentuk negara Islam di kota tersebut sampai peristiwa wafatnya
Rasulullah SAW.
b.
Ruang lingkup tentang
masa kepemimpinan umat Islam setelah Rasulullah SAW wafat ditandai dengan
pengangkatan empat sahabat Rasul yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar ibn Khatab,
Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi
Khalifah Rasulillah(pengganti Rasul) untuk memimpin umat Islam dan
sistem pemerintahan Islam selama kepemimpin empat sahabat Rasul ini disebut
sebagai masa Khalifatur Rasyidin (pemimpin yang diberikan petunjuk).
c.
Ruang lingkup tentang
perkembangan Islam periode klasik atau zaman keemasan (tahun 650 M-1250 M)
merupakan masa permulaan Islam yang ditandai dengan lahirnya dinasti bani
Umayyah di Damaskus, dinasti bani Abbasiyyah di Baghdad, dinasti bani Umayyah
II di Andalusia sampai hancurnya dinasti bani Abbasiyyah IV yang sering disebut
sebagai masa disintegrasi.
d.
Ruang lingkup tentang
perkembangan Islam pada abad pertengahan atau kemunduran (tahun 1250 M-1800 M)
dibagi ke dalam dua fase, yaitu: a.) fase kemunduran (tahun 1250 M-1500 M) yang
ditandai dengan hancurnya kerajaan Islam oleh serangan bangsa Mongol dan
lahirnya dinasti Ilkhan, serangan-serangan Timur Lenk terhadap wilayah kerajaan
Islam sampai bertahannya dinasti Mamalik di Mesir dari serangan bangsa Mongol
maupun Timur Lenk. b.) fase tiga kerajaan besar (1500 M-1800 M) yang dimulai
dengan zaman kemajuan (tahun 1500 M-1700 M) kerajaan Utsmani, Safawi di Persia
dan kerajaan Mughal di India sampai zaman kemunduran tiga kerajaan ini (tahun
1700 M-1800 M).
e.
Ruang lingkup tentang
perkembangan Islam pada abad modern atau zaman kebangkitan (tahun 1800
M-sekarang) ditandai dengan lahirnya para tokoh pembaharu Islam dengan segala
macam bentuk pemikiran dan kontribusinya terhadap perkembangan Islam. Tokoh-tokoh
pembaharu tersebut yakni: a. Muhammad ibn Abdul Wahab, b. Jamaluddin
al-Afghani, c. Muhammad Abduh, d. Muhammad Rasyid Ridha, e. Kamal Ataturk, dan
f. Muhammad Iqbal.
f.
Ruang lingkup tentang
perkembangan Islam di Indonesia ditandai dengan proses masuknya Islam di Indonesia,
pertumbuhan dan perkembangan kerajaan Islam di Indonesia, lahirnya ulama-ulama
di Indonesia, peranan walisongo dalam penyebaran Islam dan sejarah berdirinya
organisasi keIslaman seperti: a.) Muhammadiyah, dan b.) Nahdatul Ulama (NU).[5]
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa ruang lingkup sejarah
Kebudayaan Islam ialah perjalanan dakwah Rasulullah sampai dengan kepemimpinan
umat setelah rasulullah dan perkembangan Islam di masa keemasan, kemunduran dan
kebangkitan serta perkembangan Islam di Indonesia.
C. Tujuan
Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Tujuan
mempelajari sejarah kebudayaan Islam sebagai berikut:
1.
Untuk
menyelidiki dan mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh Umat
Islam terdahulu dalam lapangan peradaban.
2.
Untuk
mengetahui perkembangan peradaban Islam diberbagai negara, terutama
negara-negara Islam.
3.
Untuk menggali
dan meninjau kembali faktor-faktor apa yang menyebabkan kemajuan Islam dalam
lapangan peradaban dan faktor apa pula yang menyebabkan kemundurannya, yang
kemudian menjadi cermin bagi masa-masa sesudahnya.
4.
Untuk
mengetahui dan memperbandingkan antara peradabaan yang dijiwai oleh Islam
dengan peradaban yang lepas dari jiwa Islam, dan dari sini akan diketahui mana
peradaban Islam dan mana pula peradaban non Islam yang dicetuskan oleh hasil
karya umat Islam.
5.
Dengan
mempelajari sejarah peradaban Islam kita akan mengetahui sumbangan Islam dan
umat Islam dalam lapangan peradaban umat manusia di permukaan bumi ini.[6]
Berdasarkan
tujuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam diatas dapat disimpulkan bahwa
tujuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam adalah untuk mengingatkan kita akan
masa lalu umat-umat terdahulu, baik yang patuh kepada Allah dan Rasulnya serta
dijadikan sebagai pegangan atau teladan agar menjadi manusia yang lebih baik
lagi bahagia dunia dan akhirat.
Referensi Buku :
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011.
Fadli SJ. Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah.
Malang: UIN Malang Press. 2008.
M.
Darwin. Sejarah Peradaban Dan Kebudayaan Islam. Metro : STAIN jurai Siwo
Metro. 2013.
Siti
Marqiyah. Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) Dengan
Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta. 2011.
[1]M. Darwin, Sejarah
Peradaban Dan Kebudayaan Islam, (Metro : STAIN jurai Siwo Metro, 2013), h.1.
[2]Fadli SJ, Pasang
Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Malang: UIN Malang Press,
2008), hlm.11-13.
[3]Ibid. 21-22
[4]Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.2.
[5]Siti Marqiyah, Hubungan
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) Dengan Kecerdasan Kognitif Siswa
Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta, h.34-35.
[6]Fadli SJ, Pasang
Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Malang: UIN Malang Press,
2008), hlm.33.