Belajar tidak hanya sebatas mengetahui apa yang harus kita lakukan, melainkan melakukan apa yang tidak kita ketahui.

sebelum anda mencoba sesuatu belajarlah

sukses akan datanng kepada mereka yang sibuk mencarinya

jangan menunda sampai besok hal yanng akan kita lakukan hari ini.

kata-katamu adalah kualitas dirimu dan kualitas dirimu iti adalah ukuran kesuksesan yang pantas kamu dapatkan

Free Flower Color Change2 Cursors at www.totallyfreecursors.com

Jumat, 22 Desember 2017

Pengertian Belajar, Ruang Lingkup Belajar Dan Objek Belajar

 
BAB I
PENDAHULUAN
          A.    Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk sosial, yang kesehariannya selalu berintraksi dengan mahluk lainnya. Baik itu sesama manusia atau lingkungan sekitar nya. Dari sifat sosialnya inilah yang membawa pengaruh terhadap berbagai aspek dari kehidupannya, disadari ataupun tidak disadari, sebagai contoh: orang tua kita dalam mendidik kita kadang terpengaruh oleh orang tuanya ketika mendidiknya, atau seorang guru yang menganut faham gurunya dalam mendidik muridnya.
Dari pengaruh itulah, kadang tanpa disadari kita telah mempelajari psikologi. Yang mana psikologi adalah disiplin ilmu yang didalamnya mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan perilaku. Maka sudah sewajarnya kalau Rita L. Atkinson mengatakan kalau “Tidak ada orang pada kini yang mengaku tidak mengenal psikologi”.Maka dari itu penulis mencoba untuk menulis makalah ini yang didalamnya menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan psikologi. Dengan mengangkat judul “objek,ruang lingkup dan manfaat psikologi”
      B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Pengertian Belajar
2.      Ruang Lingkup Belajar
3.      Objek Belajar
      C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.      Pengertian belajar
2.      Ruang lingkup belajar
3.      Objek belajar



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatanpenting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar.[1]Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar.  Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar.
Belajar (learning), seringkali di definisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Para ilmuan perilaku berusaha mengukur apa yang telah dikerjakan oleh seorang makhluk untuk dapat menguasai belajar ini.
Sementara itu menurut pendapat tradisional belajar adalah menambah dan mengumpilkan sejumalah pengetahuan, disini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual, lain lagi dengan pendapat para ahli pendidikan modern yang merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut, “belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang berlaku yang baru berkat pengalaman dan latihan[2]
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunngannya dalammemenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian dapat di definisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.[3]
Belajar adalah semata –mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang terjadi dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan gsegera merasa bangga ketika anak-anak telah mampu meyebut kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yanng di ajarkan oleh guru.[4]
Hilgrad dan Bower, dalam buku Theories of learning (1975) mengemukakan. “belajar berhubunngan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di seabkan oleh pengalamnnya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan, dan keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya.
Garne, dalam buku The Conditions of learning (1977) menyatakan bahwa. "bela“ar terjadi apabila suatu situasi stimulasi bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance nya)berubah dari waktu sebelum ia menngalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan: ”belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Dari definisi yanng dikemukakan oleh para ahli di atas ada beberapa elemen penting tentang belajar yaitu:
a.    Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada yang lebih buruk.
b.   Belajar merupakan suatu perubahan yanng terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang di sebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak di anggap sebagai hasil belajar seperti perubahan-perubahan yanng terjadi pada diri bayi.
c.    Untuk dapat di sebut belajar, maka perubahan harus relatif mantap.
d.   Tingakah laku yang menngalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek kepribadian, baik fisik maupun psiskis.[5]
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.[6]
Menurut james O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbang atau di ubah melalui latihan atau pengalaman.
Learning may be defined as yhe process by which behaviour ariginates or is altered through training or experience.
Dengan demikian perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar.
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kulaitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup adalah tidak lain hasil dari belajar.[7]
Jenis-Jenis Belajar
Dibawah ini akan disajikan sistematis sebagaimana dikemukakan oleh E. De Blog C. Van Parrere dan Robert M. Gagne. Ada pengarang yang menggunakan istilah “jenis belajar
          1.      Menurut A. De Block
Dalam menyusun sistematikanya, pembagian aspek-aspek kepribadian yang lazimnya digunakan dalam ilmu psikologi, yaitu aspek kognitif yang mencakup pengetahuan dan kemahiran-kemahiran intelektual, aspek dinamika afektif yang mencakup perasaan,minat, motivasi, sikap dan nilai-nilai, aspek sensorik-psikomotorik yang meliputi orang, benda, dan kejadian atau peristiwa. 
Namun dalam sistematika bentuk-bentuk belajar yang disusun oleh De Block, fungsi dinamika dan fungsi afektif dipandang sebagai fungsi tersendiri, biarpun tidak terlepas yang satu dari yang lain. Adapun sistematika bentuk belajar adalah sebagai berikut:
          a.      Bentuk belajar menurut fungsi psikis
1.      Belajar dinamik
2.      Belajar afektif
3.      Be;ajar kognitif, mengingat, berfikir.
4.      Belajar sensi-motorik, mengalami, bergerak, berketerampilan.
          b.      Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
1.      Belajar teoritis
2.      Belajar tekhnis
3.      Belajar sosial
4.      Belajar estetika. 
        c .       Bentuk-bentuk belajar yang tidak sebegitu disadari
1.      Belajar incidental.
2.      Belajar dengan mencoba-cobs.
3.      Belajar tersembunyi.
     2.      Menurut C. Van Parreren
Pengarang ini menaruh banyak perhatian pada variasi dalam bentuk atau jenis belajar. Misalnya orang A, B dan C diberi tugas untuk menghafalderetan bilangan 6 7 5 6 4 5 3 4 2 3 1 2 0 setelah beberapa waktu ketiga orang tersebut dapat memproduksikan deretan bilangan tersebut dalam uraian yang tepat. Oranng A telah mempelajari deretan itu sebagaimana adanya, bilangan satu demi satu, kemudian dia menyebutkan kembali.
Adapun sistematika bentuk-bentuk sebagaimana dikembangkan oleh Van Parreren secara lengkap, adalah sebagai berikut:
a.      Membentuk otomatisme
b.      Belajar incidental
c.       Menghafal.
d.     Belajar mengetahui.
e.      Belajar arti kata-kata.
f.        Belajar konsep (pengertian)
g.      Belajar memecahkan problem melalui problem.
h.      Belajar berfikir
i.        Belajar untuk belajar.
j.        Belajar dinamik.



           3.      Menurut Robert M. Gagne
Robert M. Gagne mengemukakan bahwa bentuk atau jenis belajar berjumlah jauh lebih dari satu saj. Mula-mula R. Gagne menyusun suatu sistematika bentuk-bentuk belajar yang mencakup pula keempat tipe dasar belajar.
         4.      Hilgard dan Bower
Hilgard dan Bower,dalam buku “teoris of learning (1975) mengemukakan “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya secara berulang ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).[8]
      5.      H.C Witherington
Ahli ini mengemukakan belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian ditandai adanya pola sambutan baru yang dapat berupa suatu pengertian. Definisi tentang belajar yang disusunoleh H.C Witherington ini terdiri dari tiga buah pendek dari belajar. Perubahan tersebut dapat terjadi dalam hal kecakapan, dalam suatu sikap atau dalam suatu pengertian dan seterusnya.[9]
B.  Ruang Lingkup Belajar
Setiap disiplin ilmu yang ada semuanya mempunyai ruang lingkup pembahasan masing-masing. Sehingga apa yang akan dikaji dalam suatu topik tidak akan keluar dari pembahasan pokoknya, dan ini menjadikan suatu disiplin ilmu tersebut menjadi tepat sasaran bahasanya dan sebagainya. Dan ruang lingkup juga tidak hanya dalam materi perkuliahan dan sekolah-sekolah saja, melainkan juga yang bukan dari itu. Oleh karenanya, agar lebih tahu sedikit tentang ruang lingkup, berikut akan diuraikan sedikit mengenai pengertianya.
Ruang lingkup adalah batasan. Ruang lingkup juga dapat dikemukakan melalui variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subyek penelitian dan lokasi penelitian. Penggambaran ruang lingkup dapat kita nilai dari data karakteristik responden perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran yang komperehensif tentang bagaimana keadaan responden penelitian yang dilakukan, yang boleh jadi diperlukan untuk melihat data hasil pengukuran variabel-variabel pengukuran yang diteliti.[10]
Lebih jelasnya ruang lingkup adalah suatu batasan dalam sebuah pembahasan materi atau sesuatu agar tidak keluar dari alur pembahasan, dan selalu terkait dalam tema yang bersangkutan.
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang merupakan cabang dari psikologi, yang kajianya dikhususkan pada masalah belajar, maka psikologi belajar memiliki ruang lingkup disekitar masalah belajar saja. Oleh karenanya tidak aneh apabila ruang lingkup psikologi belajar terdapat juga dalam kajian psikologi pendidikan.
Ini dikarenakan psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia yang tela ditentukan secara ilmiah. Karenanya, masalah belajar mendapat sorotan yang besar dalam psikologi pendidikan.
Psikolgi belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pokok bahasan, yaitu masalah belajar, proses belajar dan situasi belajar. Berikut uraian-uraian mengenai hal tersebut :[11]
1.      Pokok Bahasan Mengenai Belajar
Ada beberapa pokok bahasan mengenai belajar yaitu :
a.      Teori-teori belajar
b.      Prinsip-prinsip belajar
c.       Hakikat belajar
d.     Jenis-jenis belajar
e.      Aktifitas-aktifitas belajar
f.        Teknik belajar efektif
g.      Karakteristik perubahan hasil belajar
h.      Manifestasi perilaku belajar
i.        Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
2.      Pokok Bahasan Mengenai Proses Belajar
Berikut ini pokok bahasan mengenai proses belajar yaitu :
a.      Tahapan perbuatan belajar
b.      Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar
c.       Pengaruh pengalaman belajar terhadap perilaku individu
d.     Pengaruh motifasi terhadap periaku belajar
e.      Signifikansi perbedaan individual dalam kecepatan memproses kesan dan keterbatasan kapasitas individu dalam belajar
f.        Masalah proses lupa dan kemampuan individu memproses perolehanya melalui transfer belajar.
       3.      Pokok Bahasan Mengenai Situasi Belajar
Adapun pokok bahasan mengenai situasi belajar yaitu :
a.      Suasana dan keadaan lingkungan fisik
b.       Suasana dan keadaan lingkungan non fisik
c.       Suasana dan keadaan lingkungan sosial
d.     Suasana dan keadaan lingkungan non sosial
Ruang lingkup yang disebutkan diatas merupakan persoalan dan pokok pembahasan yang akan menjadi kajian bersama dalam mempelajari psikologi belajar.
Belajar merupakan kegiatan sehari hari yang dilakukan baik di lingkungan formal, nonformal, maupun di masyarakat. Lingkungan formal yaitu sekolah, dan institusi pendidikan, nonformal antara lain kursus-kursus dan pelatihan, serta lingkungan masyarakat yang merupakan tempat interaksi sosial. Kegiatan Belajar yang dialami oleh anak didik dan ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik/guru.
Pada sisi lain, kegiatan belajar juga berupa perkembangan mental yang didorong oleh tindak pendidikan atau guru. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa guru. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar. Kemudian hal itu akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan siswa menuju kemandirian.
Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan mendidik yang memberikan materi ajar sesuai dengan kriteria persiapan guru. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku baik yang dikehendaki oleh aturan persekolahan sehingga menghasilkan anak didik yang berjiwa besar dalam dunia pendidikan sekaligus menjadi orang yang benar-benar berbudi baik di mata masyarakat.
C.  Objek Belajar
Sehubungan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan guru, yaitu: guru sebagai perencana; sebagai penyampai informasi; dan sebagai evaluator.
Selain guru sebagai pusat yang menentukan segalanya dalam pembelajaran, ciri lain adalah siswa ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk memahami segala sesuatu yang disampaikan guru. Peran siswa adalah sebagai penerima informasi yang diberikan guru.
 Jenis pengetahuan dan keterampilan kadang tidak mempertimbangkan kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.
Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya menjadi terbatas. Sebab dan proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
Objek kajian psikologi pendidikan, tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak pada peserta didik. Karena hakikat pendidikan adalah pelayanan khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Oleh karena itu objek kajian psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi lebih condong pada aspek psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat dalam proses pembelajaran.
Menurut Glover dan Ronning dalam Sudarwan Danim dan Khairil bahwa objek kajian psikologi pendidikan mencakup topik-topik tentang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, hereditas dan lingkungan, perbedaan individual peserta didik, potensi dan karakteristik tingkah laku peserta didik, pengukuran proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, kesehatan mental, motivasi dan minat, serta disiplin lain yang relean.
Sedangkan menurut Syaodih Sukmadinata dalam Syaiful Sagala mengatakan bahwa objek kajian psikologi pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, dengan dukungan sarana dan fasilitas tertentu yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Psikologi pendidikan berusaha untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antar setiap faktor pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi.
Pendidikan seharusnya menjadi kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang yang menyadari dirinya sebagai pendidik.
Secara garis besar banyak ahli membatasi objek kajian psikologi pendidikan menjadi tiga macam:
  1. Mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar peserta didik, dan sebagainya;
  2. Mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik;
  3. Mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan, baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Kebutuhan sekunder seorang anak dan bagaimana memberikan layanan pembelajaran efektif, sehingga konten sajian mengendap pada memorinya menjadi bagian objek kajian psikologi pendidikan. Kreativitas juga merupakan salah satu aspek yang dibahas dalam psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan merupakan cabang psikologi yang berfokus pada pengembangan teknik mengajar dan penilaian yang efektif bagi kemajuan peserta didik sesuai dengan minat dan bakatnya.[12]


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunngannya dalammemenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian dapat di definisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Psikolgi belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pokok bahasan, yaitu masalah belajar, proses belajar dan situasi belajar.
Objek kajian psikologi pendidikan, tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak pada peserta didik. Karena hakikat pendidikan adalah pelayanan khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Oleh karena itu objek kajian psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi lebih condong pada aspek psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat dalam proses pembelajaran.
B.     Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca menjadi lebih pahaman mengenai pengertian belajar, ruang lingkup belajar dan  objek belajar,  penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun.




DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Saleh, 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Ranieka Cipta.
Aunurrahman, 2012. Belajar dan Pembelajarannya. Bandung: Alfabeta.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar. Jakarta: Ranieka Cipta.
Muhibbin Syah, 2013. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2014)
Ihsana El Khuluqo, 2017. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwa Admaja Prawira,2013. Psikologi pendidikan dalam perspektif baru. Jakarta, Ar-ruzz Media.
Syaiful Bahri Djamarah, 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Ranieka Cipta.
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 57


[1]Aunurrahman, Belajar dan Pembelajarannya, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 33
[2]Abdurrahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta,Prenada Media,2004), h.209
[3]Slameto, Belajar dan Faktor Faktor yang mempengaruhi belajar,(Jakarta: Ranieka Cipta, 2003), h. 2
[4]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,  (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 87-88
[5]M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2014), h. 84-85
[6]Ihsana El Khuluqo,Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), h. 1
[7]Abu Ahmadi dan dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Ranieka Cipta, 2013), h. 126-127
[8] Ibid. h.209-210
[9] Purwa Admaja Prawira, Psikologi pendidikan dalam perspektif baru, (Jakarta, Ar-ruzz Media, 2013) , h.225
[10] Riefky Hamdallah Fandy, Pengertian Ruang Lingkup,2011.
[11] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Ranieka Cipta, 2011), h. 3
[12] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 57