Belajar tidak hanya sebatas mengetahui apa yang harus kita lakukan, melainkan melakukan apa yang tidak kita ketahui.

sebelum anda mencoba sesuatu belajarlah

sukses akan datanng kepada mereka yang sibuk mencarinya

jangan menunda sampai besok hal yanng akan kita lakukan hari ini.

kata-katamu adalah kualitas dirimu dan kualitas dirimu iti adalah ukuran kesuksesan yang pantas kamu dapatkan

Free Flower Color Change2 Cursors at www.totallyfreecursors.com

Minggu, 26 November 2017

Argumentasi dalam Akidah


Dalil Atau Argumentasi Dalam Akidah

Dalil ialah keterangan yang dijadikan bukti sesuatu kebenaran.[1] Dalil bisa dijadikan bukti penguat yang mendukung argumentasi seseorang. Petunjuk atau tanda bukti dari suatu kebenaran, untuk menentukan bahwa sesuatu itu benar atau salah, sekaligus untuk menghapus rasa was-was dalam hati atas suatu kebenaran.
Dalil dalam akidah ada dua yaitu:

a.         Dalil ‘Aqli
Dalil Aqli adalah dalil yang didasarkan pada penalaran akal yang sehat.[2] Akal merupakan indera yang diciptakan oleh Allah swt dengan kelebihan diberikannya muatan tertentu berupa kesiapan dan kemampuan melahirkan sejumlah aktifitas pemikiran yang berguna bagi kehidupan manusia.
Dalil aqli juga bisa diartikan sebagai sebuah petunjuk dan pertimbangan akal fikiran yang sehat dan obyektif, yang tidak dipengaruhi oleh nafsu dan ambisi. Jadi dalil ini adalah penalaran secara murni dan bebas, dan kebenarannya relatif.
b.        Dalil Naqli
Dalil Naqli adalah dalil yang didasarkan pada al-Qur’an dan sunnah.[3]
Walaupun akal manusia dapat menghasilkan kemajuan ilmu dan teknologi, namun harus didasari bahwa betapapun kuatnya daya pikir manusia, ia tidak akan mampu mengetahui hak zat Allah swt yang sebenarnya. Manusia tidak memiliki kemampuan untuk menyelidiki yang ghaib, untuk mengetahui yang ghaib itu kita harus puas dengan wahyu Allah. Wahyu itu yang disebut dalil Naqli.
Kebenaran dalil Naqli ini bersifat Qat’iy (pasti), kebenaranya mutlak serta berlaku untuk semua ruang dan waktu. Dalil Naqli ada dua yaitu al-Qur’an dan hadis Rasul. Hal-hal yag tidak dapat dijangkau oleh akal, cukup diyakini kebenarannya tanpa harus membuktikan dengan akal. Termasuk kedalam bagian ini adalah hakikat hal-hal yang ghaib, seperti kiamat, alam barzah, alam makhsyar, surga, neraka, malaikat dan sebagainya.[4]
Akidah islami adalah iman kepada Allah swt, para malaikat Nya, kitab-kitab Nya, para Rasul Nya, hari akhir, kepada qada dan qodar.
Suatu dalil untuk masalah iman, adakalanya bersifat aqli dan naqli, tergantung perkara yang diimani. Jika perkara itu masih dalam jangkauan panca indra atau akal, maka dalil keimanan nya berifat aqli, tetapi jika tidak (yaitu diluar jangkauan panca indra), maka ia didasarkan pada dalil naqli.
Di antara ayat Al-Qur’an dan hadist yang memuat kandungan akidah islam, antara lain:

a.         Q.S. Al-Baqarah (2): 285, yang artinnya:

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, dan rasul-rasulnya. (mereka mengatakan), “kami lain) dari rasul-rasulnya’, dan mereka mengatakan,’kami dengar dan kami taat’. (mereka berdoa),’ampunilah kami, ya tuhan kami dan kepada engkaulah tempat kami kembali.” (Q.S. Al-Baqarah: 285).

b.        Hadist Riwayat Muslim:

Artinya : “Hendaklah engkau beriman kepada Allah, para malaikatnya, kitab-kitab nya, para rasulya, hari kiamat, dan hendaklah engkau beriman kepada qadar ketentuan baik dan buruk.” (H.R. Muslim)[5]
Sebagai seorang muslim sudah semestinya beriman kepada Allah, karena itu merupakan suatu kewajiban. Selain beriman kepada Allah malaikat Allah pun wajib diimani karena mengimani malaikat berarti memahami adanya relasi antara malaikat engan manusia, jadi malaikat merupakan bagaian dari sistem jatidiri manusia, sama halnya dengan setan. Iman kepada rasul Allah juga berarti kita meyakini dengan sepenuh hati bahwa Rasulullah itu benar-benar utusan Allah yang memberi kabar gembira dan memberi peringatan kepada kita. Dan juga meyakini dengan sepenuh hati adanya kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi. Dan meyakini adanya hari kiamat yang pastinya akan terjadi dan menimpah umat manusia diseluruh jagat raya ini. Iman kepada qada dan qadar berarti meyakini ketetapan dan kuasanya Allah swt.
Sesungguhnya, semua manusia yang lahir kedunia ini memiliki ikatan kepada Allah. Dengan kata lain, manusia lahir telah memiliki Akidah. Firman Allah dalam  Q.S al-A’Raf ayat 172 yang artinya:
“Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “bukankah aku ini tuhanmu?” mereka menjawab, “betul (engkau tuhan kami), kami bersaksi.” (kami lakukan demikian  itu) agar dihari kiamat kamu tidak menngatakan, “sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (Q.S. Al-A’raf : 172).
Inilah salah satu penjelasan mengapa Rasulullah saw. Menegaskan bahwa semua manusia dimuka bumi ini lahir dalam  keadaan fitrah (suci). Dengan kata lain telah memiliki Akidah atau ikatan dengan Allah.[6]






[1] Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 115.
[2]Kementerian Agama, Akidah Akhlak, h. 6
[3] Ibid.,
[4]Kementrian Agama, Akidah Akhlak, h. 6.
[5]Rosihon Anwar, Akidah Islam, h. 14.
[6]Taofik Yusmansyah, Akidah dan Akhlak, h .5-6.