Free Flower Color Change2 Cursors at www.totallyfreecursors.com

Kamis, 14 Desember 2017

Pengangkatan Muhammad SAW menjadi Nabi dan Rasul


Selagi usia Rasulallah shalallahu Alaihi Wasallam hampir mencapai 40 tahun, sesuatu yang paling disukai adalah mengasingkan diri. Dengan membawa roti dari gandum dan air beliau pergi ke gua Hira di Jabal Nur, yang jaraknya kira-kira 2 mill dari mekkah. Pilihan beliau untuk mengasingkan diri ini termasuk satu sisi dari ketentuan Allah atas diri beliau, sebagai langkah persiapan untuk menunggu urusan besar yang sedang ditunggunya.
Begitulah Allah mengatur dan mempersiapkan kehidupan Muhammad saw, untuk mengemban amanat yang besar , merubah wajah dunia dan meluruskan garis sejarah. Allah telah mengatur pengasingan ini selama tiga tahun bagi Muhammad saw sebelum membebaninya dengan risalah. Pada bulan ramadhan pada tahun ke tiga dari masa pengasingannya di goa hiro, Allah berkehendak untuk melimpahkan rahmatnya kepada penghuni, memuliakan beliau dengan nubuah dengan menurunkan malaikat jibril dengan membawa ayat-ayat Al-Qur’an.[1]
Tatkala ia sedang dalam keadaan tidur di gua hiro, ketika itulah datang malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya (bacalah) dengan terkejut Muhammad menjawab (saya tidak dapat membaca). Ia merasa seolah malaikat itu mencekiknya kemudian dilepaskan lagi seraya berkata lagi (bacalah) masih dalam ketakutan akan dicekik lagi Muhammad menjawab (apa yang harus saya baca) seterusnya malaikat itu berkata
Artinya:“bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu maha mulia. Dia telah mengajar dengan Qalam. Allah telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui. Dengan wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Allah sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama”. QS 96: 1-5[2]
Muhammad terdiam bak patung dan tubuhnya gemetar. Ia menyimak kalimat itu denga susah payah. Usia beliau saat itu 40 tahun, 6 bulan, 12 hari berdasarkan penanggalan hijriyah, atau sekitar 39 tahun, 3 bulan, 20 hari menurut penanggalan masehi. Malam itu adalah awal masa kenabian Muhammad.

B.            Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
Dalam menjalankan dakwahnya di Mekkah, ada dua fase yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi dan dakwah secara terang-terangan.
Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Nabi Muhammad saw memulai dakwahnya setelah menerim perintah Allah swt.
“hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan dan Tuhanmu agungkanlah dan pakaianmu bersihkanlah dan perbuatan dosamu tinggalkanlah dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak. Dan untuk memenuhi perintah tuhanmu bersabarlah.” (QS. Al-Mudatsir: 1-7)
Pada mulanya Nabi saw berdakwah kepada orang-orang terdekatnya, kemudian kepada sahabat-sahabat karibnya. Dia menyeru kepada agama islam. Beberapa anggota sahabat dan keluarganya memenuhi seruan Nabi, mereka adalah Khadijah, Zaid bin Harits, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar As-Syidiq.[3]

C.            Tokoh-tokoh Assabiquna Awwalun (golongan pertama yang masuk Islam)
Dalam QS. At-Taubah Allah swt berfirman:
Artinya: orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin, dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka, dan Allah menyediakan baginya surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selam-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.

1.      Khadijah binti Khuwailid
2.      Ali bin Abi Thalib
3.      Abu Bakar As-Syidiq
4.      Zaid bin Haritsah
5.      Utsman bin Affan
6.      Zubair
7.      Sa’ad bin Abi Waqash
8.      Thalhah bin Ubaidillah
9.      Abdurrahman bin Auf
10.  Abu Ubaidah bin Al-Jarrah
11.  Abu Salamah bin Abdul Asad
12.  Arqom bin Abil Arqom
13.  Utman bin Madz’un
14.  Ubaidah bin Al-Harits
15.  Said bin Zaid bin amru
16.  Asma’ binti As-Shadiq
17.  Khabab bin Al-Arat Al-Khaza’i
18.  Amir bin Abi Waqash
19.  Abdullah bin Mas’ud
20.  Mas’ud bin Rabiah

21.  Sulaith bin Amru
22.  Ilyas bin Abi Robiah
23.  Khunasis bin Khudafah As-Sahmi
24.  Amir bin Rabiah
25.  Abdullah bin Jahsy
26.  Ja’far bin Abi Thalib
27.  Hathib bin Harits
28.  Waqid bin Abdullah
29.  Khalid
30.  Amir
31.  Aqil
32.  Amar bin Yasar
33.  Shohib bin Sinan
34.  Khalid bin Said
35.  Abbas bin Abdul Muthalib
36.  Abdullah bin Rawahah
37.  Mus’ab bin Umair
38.  Aisyah
39.  Mus’adz bin jabal
40.  Arwa’ binti kuraiz

D.           Kondsi masyarakat arab pra islam
1.    Kepercayaan masyarakat arab sebelum islam
Pada awalnya, masyarakat mekkah adalah penganut agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as. Kemudian dilanjutkan oleh putranya Nbi Ismail as. Perjalanan Nabi Ibrahim, Siti Hajar (istrinya), dan Nabi Ismail (putranya) membuahkan sejumlah ajaran dan kebudayaan Islam yang sampai sekarang terpelihara, seperti ka’bah, maqom Ibrahim, dan peristiwa qurban. Bahkan proses perjalanan keluarga ini dinapaktilasi umat islam dalam salah satu rukun haji.
Setelah Nabi Ismail as. Wafat, masyarakat arab mulai pindah menyembah selain Allah. Proses perpindahan kepercayaan itu berasal dari Amir bin Lubai seorang pembesar suku Khuza’ah yang melakukan perjalanan ke syam (syiria). Mereka melihat penduduk syam beribadah dengan menyembah berhala. Dia tertarik umtuk mempelajarinya di mekkah. Dia membawa berhala yang diberi nama Hubal dan diletakkan di ka’bah. Berhala Hubal menjadi pimpinan dari berhala yang lainnya seperti Latta, Uzza dan Manna.
Dia mengajarkan kepada masyarakat mekkah bagaimana cara menyembah berhala. Sehingga masyarakat mekkah yakin bahwa berhala adalah perantara untuk mendekatkan diri kepada tuhannya. Sejak saat itulah mereka membuat berhala-berhala hingga berjumlah 360 berhala dan di letakkan mengelilingi ka’bah. Dan mulailah kepercayaan baru masuk ke masyarakat mekkah dan kota mekkah menjadi pusat penyembahan berhala.
Ketika melaksanakan haji, bangsa arab melihat berhala-berhala itu disekitar ka’bah. Mereka bertanya alasan menyembah berhala. Para pembesar menjawab bahwa berhala-berhala itu adalah perantara untuk mendekatkan diri kepada tuhan.setelah itu mereka kembali ke daerahnya dan meniru cara ibadah masyarakat mekkah. Mulailah kepercayaan baru menyebar di seluruh jazirah Arab.
Imam bukhari meriwayatkan hadis denagn sanad dari Ibnu Abbas yang berbunyi: patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh as. Merupakan patung-patung yang disembah pula dikalangan bangsa Arab setelah itu. Adapun Wudd adalah patung berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul Jandal. Suwa adalah sesembahan Hudzail. Yoghuts adalah sesembahan suku Murad, kemudian berpindah ke Bani Ghatifdi di lereng bukit yang terletak di kota Saba.
Adapun Ya’uq adalah sesembahan suku Hmdan, Nasr sesembahan suku Himyar dan keluarga Dzi Kila’. Padahal nama-nama itu adalah nama orang-orang shalih di zamana Nabi Nuh as. Setelah mereka wafat, setan membisikkan kaum yang shalih supaya di buat patung-patung mereka di tempat-tempat pertemuan dan menamainya sesuai dengan nama-nama mereka. Patung-ptung itu tidak disembah sebelum orang-orang shalih itu mati dan ilmunya telah hilang. Dari situlah, penyembahan terhadap berhala-berhala mulai.
Masa itu disebut Jahiliyyah. Jahiliyah bukan berarti mereka bodoh dari keilmuannya, namun mereka bidih dari keimanan kepada Allah swt seperti yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim as. Mereka menyimpangkan ajaran Nabi Ibrahim as. Adapun faktor-faktor penympangan tersebut adalah:
a.    Adanya kebutuhan terrhadap tuhan yang selalu bersama mereka terutama saat mereka membutuhkan.
b.    Kecederungan kuat mengagungkan leluhur yang telah berjasa terutama kepala kabilah nenek moyang mereka.
c.    Rasa takut yang kuat menghadapi kekuatan alam yang menimbulkan bencana mendorong mereka mencari kekuatan lain diluar islam.
Disamping kepercayaan terhadap penyembahan berhala, ada kepercayaan lain yang berkembang di mekkah yaitu:
a.    Menyembah malaikat
Sebagian besar masyarakat arab menyembah dan menuhankan malaikat. Bahkan sebagian masyarakat beranggapan bahwa malaikat adalah putri tuhan
b.    Menyembah jin, ruh, dan hantu
Sebagian masyarakat arab menyembah jin, hantu, dan ruh leluhur mereka. Mereka mengadakan sesajian berupa kurban binatang sebagai bahan sajian supaya mereka terhindar dari bahaya dan bencana.
Di saat-saat islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. Akan datang beberapa orang telah berusaha untuk tidak enyembah berhala lagi dan berbalik menyebarkan ajaran tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim as. Diantara mereka adalah Waraqah bin Naufa, Umayyah bin Shalt, Qus Saidah, Usman bin Khuairis, Abdullah bin Jahsyi, dan Zainal bin Umar, mereka adalah kelompok yang menentang tradisi menyembah berhala. Namun mereka meninggal sebelum datangnya islam.
2.    Kondisi sosial masyarakat Mekkah sebelum Islam
Bangsa arab memiliki karakter yang posiif seperti pemberani, ketahanan fisik, kekuatan daya ingat, hormat akan harga diri dan martabat, penganut kebebasan, loyal terhadap pemimpin, pola hidup sederhana, ramah, ahli syair dan sebagainya. Tapi karakter baik mereka terkikis oleh kejahiliyahan mereka.
Mereka melakukan kebiasaan buruk seperti minum kamar (arak) sampai mabuk, berzina, berjudi, merampok dan sebagainya.mereka menempatkan perempuan pada kedudukan yang sangat rendah. Perempuan dianggap sebagai binatang piaraan dan tidak memiliki kehormatan dan keberanian untuk membela diri. Laki-laki memiliki kebebasan untuk menikahi dan menceraikan semaunya.
Tradisi yang terburuk adalah mengubur anak perempuan mereka secara hidup-hidup. Mereka merasa  malu dan terhina memiliki anak perempuan dan marah jika istrinya melahirkan anak perempauan. Mereka meyakini bahwa anak perempuan akan membawa kemiskinan dan kesengsaraan.
Selain itu, sistem perbudakan berlaku di masyarakat arab. Para majikan memiliki kebebasan untuk memperlakukan budaknya, bahkan memperlakuan budaknya seperti binatang dan barang dagang yang bisa dijual atau dibunuh.posisi budak tidak memiliki kebebasan hidup yang layak dan manusiawi.

2.    Kondisi ekonomi masyarakat Mekkah sebelum Islam
Bangsa Arab memiliki mata pencaharian bidang perdagangan, pertanian dan peternakan. Peternakan menjadi sumber kehidupan bagi Arab Badui. Mereka berpindah-pindah menggiring ternaknya ke daerah yang sedang musim hujan atau ke padang rumput. Mereka mengkonsumsi daging dan susu dari ternaknya. Serta membuat pakaian dan kemanya dari bulu domba. Jika telah terpenuhi kebutuhannya, mereka menjualnya kepada orang lain. Orang kaya di kalangan mereka terlihat dari banyak hewan ternaknya.[4]
Selain Arab Badui, ebagian masyarakat perkotaan yang menjadikan peternakan sebagai ladang penghidupan. Ada yang menjadi penggembala ternak milik sendiri, ada juga yang menggemabala ternak milik orang lain. Seperti Nabi Muhammad saw, ketika tinggal di suku Bani Sa’ad, beliau seorang penggembala kambing, begitu juga Umar bin Khaththab, Ibnu Mas’ud dan lain sebagainya.
Adapun masyarakat perkotaan yang tinggal di daerah yang subur seperti Yaman, Thaif, Madinah, Najd, Khaibar atau yang lainnya, mereka menggantungkan sumber kehidupan pada pertanian. Selain pertanian, mayoritas dari mereka memilih perniagaan sebagai mata pencaharian, khususnya penduduk Mekkah. Mereka memiliki pusat perniagaan istimewa. Penduduk Mekkah memiliki kedudukan tersendiri dalam perdagangan orang-orang Arab. Yaitu mereka penduduk negeri Haram (Mekkah). Orang-orang Arab lain tidak akan mengganggu mereka, juga tidak akan mengganggu perniagaan mereka. Allah swt telah menganugrahkan hal itu kepada mereka. Allah swt berfirman dalam QS al-Ankabut [29] : 67
اَوَلَمْ يَرَوْاَنَّاجَعَلْنَاحَرَمًاآمِنًاوَيُتَغَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِحِمْ اَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُوْنَ وَبِنِعْمَتِ اللهِ يَكْفُرُوْنَ◌
Artinya : dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?
Suku Quraisy adalah penduduk mekkah yang memegang peranan dalam perniagaan di jazirah arab. Mereka mendapatkan pengalaman dari orang-orang Yaman yang pindah ke Mekkah. Orang-orang Yaman terkenal keahliannya dalam bidang perniagaan. Selain itu kota Mekkah memiliki ka’bah sebagai tempat orang-orang di Jazirah Arab melaksanakan haji. Mereka datang untuk melaksanakan hji tiap tahun.
Kebiasaan orang-orang quraisy mengadakan perjalanan dagangnya ke daerah-daerah lain. Allah swt mengabadikan perjalanan dagang mereka sebagai perjalanan dagang yang terkenal. Yaitu perjalan musim dingin menuju Yaman, dan sebaliknya pada musim panas menuju Syam. Allah berfirman:
لِأِيْلاَفِ قُرَيْشٍ◌إِيْلاَفِهِمْ رِحْلَتَ الشِّتَآءِوَالصَّيْفِ◌فَلْيَعْبُدُوارَبَّ هٰذَالْبَيْتِ◌الَّذِى اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ وَءَمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ◌
Artinya: karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (yaitu) bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (ka’bah). Yang telah memberikan makan mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (QS Quraisy [106] : 1-4)
Dalam bidang ekonomi, riba sudah menjadi tradisi dan lazim dipraktikkan di Jazirah Arab. Bahkan Mekkah sebagai pusat sudah terpengaruhi sistem riba. Hal ini bisa terjadi karena terpengaruh dengan sistem perdagangan yang dilakukan oleh bangsa lain.[5]
Adapun alat transportasi pada zaman itu adalah unta, yang dianggap sebagai perahu padang pasir. Unta merupakan kendaraa yang menakjubkan. Unta memiliki kekuatan yang tangguh, mampu menahan haus dan mampu melakukan perjalanan yang  jauh. Unta-unta ini pergi membawa barang dagangan dari suatu negeri ke negeri lain untuk diperjual belikan.
3.    Kondisi politik Masyarakat Arab Sebelum Islam
Sebelum datangnya Islam, ada tiga kekuatan politik besar yang mempengaruhi politik Arab, yaitu kekaisaran Nasrani Byzantium, kekaisaran persia yang menganut agama Zoroaster, serta dinasti Himyar yang berkuaa di Arab bagian selatan.
Kekaisaran Byzantium dan kekaisaran romawi timur dengan ibukota konstantinopel, bekas Imperium Romawi masa klasik. Pada permulaan abad ke-7, wilayah imperium meliputi asia kecil, syiria, mesir, dan sebagian daerah italia, serta sejumlah wilayah dipesisir Afrika Utara juga berada di bawah kekuasaannya..
Sedangkan kekaisaran pesia berada di bawah  kekuasaan dinasti sasanid (Sasaniyah). Ibukota persia adalah al-madana’interletak sekitar 20 mil sebelah tenggara kota Baghdad yang sekarang. Wilayah kekasaannya terbentang dari Irak dan Mesotopamia hingga pedalaman Iran hingga Afganistan.
Kondisi politik jazirah Arab terdiri dari dua hal, pertama, interaksi dunia Arab dengan kekaisaran Byzantium dan persia. Kedua, persaingan antara agama Yahudi, Nasrani, dan Zoroater.

[1] Syeh shafiurrohman al mubarok furi, siroh namawiyah, (alkautsar buku islam utama, 2006), hlm 89-90
[2] Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta, Litera Antar Nusa, 2001 hal.79[3] Shafiy al-Rahman al-Mubarakfuri Sirah Nabawiyah (Cet. 6, Jakarta: Pustaka al Kautsar, 1997), h. 103-104
[4] Dr. Badri Yatim, op. Cit, hlm 15
[5] Burhan Al-Din, Jazirat Arab al-Islam Beirut: Tp. 1989 hlm 21

1 komentar:

  1. bagaimana proses pengnkatan nabi Muhammad sebagai nabi dan rasol

    BalasHapus