BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk sosial, yang
kesehariannya selalu berintraksi dengan mahluk lainnya. Baik itu sesama manusia
atau lingkungan sekitar nya. Dari sifat sosialnya inilah yang membawa pengaruh
terhadap berbagai aspek dari kehidupannya, disadari ataupun tidak disadari,
sebagai contoh: orang tua kita dalam mendidik kita kadang terpengaruh oleh
orang tuanya ketika mendidiknya, atau seorang guru yang menganut faham gurunya
dalam mendidik muridnya.
Dari pengaruh
itulah, kadang tanpa disadari kita telah mempelajari psikologi. Yang mana
psikologi adalah disiplin ilmu yang didalamnya mempelajari sesuatu yang
berhubungan dengan perilaku. Maka sudah sewajarnya kalau Rita L. Atkinson
mengatakan kalau “Tidak ada orang pada kini yang mengaku tidak mengenal
psikologi”.Maka dari itu penulis mencoba untuk menulis makalah ini yang
didalamnya menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan psikologi. Dengan
mengangkat judul “objek,ruang lingkup dan manfaat psikologi”
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Pengertian Belajar
2.
Ruang Lingkup
Belajar
3.
Objek Belajar
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.
Pengertian belajar
2.
Ruang lingkup
belajar
3.
Objek belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Belajar
merupakan kegiatanpenting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana
seharusnya belajar.[1]Belajar merupakan kegiatan mental yang
tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri
seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya
dengan mengamati orang itu. Bahkan hasil belajar orang itu tidak langsung
kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah
diperoleh melalui belajar.
Belajar (learning), seringkali di definisikan
sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya
yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Para ilmuan
perilaku berusaha mengukur apa yang telah dikerjakan oleh seorang makhluk untuk
dapat menguasai belajar ini.
Sementara itu menurut pendapat
tradisional belajar adalah menambah dan mengumpilkan sejumalah pengetahuan,
disini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual, lain lagi dengan
pendapat para ahli pendidikan modern yang merumuskan perbuatan belajar sebagai
berikut, “belajar adalah suatu bentuk
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang berlaku yang baru berkat pengalaman dan latihan”[2]
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkunngannya dalammemenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek
tingkah laku. Pengertian dapat di definisikan sebagai berikut: “Belajar ialah
suatu proses usaha yang di lakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya
karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan
perubahan dalam arti belajar.[3]
Belajar
adalah semata –mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang terjadi
dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian
biasanya akan gsegera merasa bangga ketika anak-anak telah mampu meyebut
kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku
teks atau yanng di ajarkan oleh guru.[4]
Hilgrad
dan Bower, dalam buku Theories of learning (1975) mengemukakan. “belajar
berhubunngan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang di seabkan oleh pengalamnnya yang berulang-ulang dalam situasi
tersebut, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat di jelaskan atau dasar
kecendrungan respon pembawaan, kematangan, dan keadaan-keadaan sesaat seseorang
misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya.
Garne,
dalam buku The Conditions of learning (1977) menyatakan bahwa. "bela“ar
terjadi apabila suatu situasi stimulasi bersama dengan isi ingatan mempengaruhi
siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance nya)berubah dari waktu
sebelum ia menngalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
Morgan,
dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan: ”belajar adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Dari
definisi yanng dikemukakan oleh para ahli di atas ada beberapa elemen penting
tentang belajar yaitu:
a.
Belajar merupakan suatu
perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada
tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada yang
lebih buruk.
b.
Belajar merupakan suatu
perubahan yanng terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti
perubahan-perubahan yang di sebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak di
anggap sebagai hasil belajar seperti perubahan-perubahan yanng terjadi pada
diri bayi.
c.
Untuk dapat di sebut belajar,
maka perubahan harus relatif mantap.
d.
Tingakah laku yang menngalami
perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek kepribadian, baik fisik
maupun psiskis.[5]
Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Seorang dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.[6]
Menurut james O. Whittaker, belajar dapat
didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbang atau di ubah melalui
latihan atau pengalaman.
Learning may be defined as yhe process by which behaviour
ariginates or is altered through training or experience.
Dengan demikian perubahan tingkah laku akibat
pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh
obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar.
Belajar merupakan proses dari perkembangan
hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kulaitatif
individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi
hidup adalah tidak lain hasil dari belajar.[7]
Jenis-Jenis
Belajar
Dibawah ini akan
disajikan sistematis sebagaimana dikemukakan oleh E. De Blog C. Van Parrere dan
Robert M. Gagne. Ada pengarang yang menggunakan istilah “jenis belajar”
1.
Menurut A. De Block
Dalam menyusun
sistematikanya, pembagian aspek-aspek kepribadian yang lazimnya digunakan dalam
ilmu psikologi, yaitu aspek kognitif yang mencakup pengetahuan dan
kemahiran-kemahiran intelektual, aspek dinamika afektif yang mencakup
perasaan,minat, motivasi, sikap dan nilai-nilai, aspek sensorik-psikomotorik
yang meliputi orang, benda, dan kejadian atau peristiwa.
Namun dalam sistematika
bentuk-bentuk belajar yang disusun oleh De Block, fungsi dinamika dan fungsi
afektif dipandang
sebagai fungsi tersendiri, biarpun tidak terlepas yang satu dari yang lain. Adapun sistematika bentuk belajar
adalah sebagai berikut:
a.
Bentuk belajar menurut fungsi psikis
1.
Belajar dinamik
2.
Belajar afektif
3.
Be;ajar kognitif, mengingat, berfikir.
4.
Belajar sensi-motorik, mengalami, bergerak, berketerampilan.
b.
Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
1.
Belajar teoritis
2.
Belajar tekhnis
3.
Belajar sosial
4.
Belajar estetika.
c .
Bentuk-bentuk belajar yang tidak sebegitu disadari
1.
Belajar incidental.
2.
Belajar dengan mencoba-cobs.
3.
Belajar tersembunyi.
2. Menurut C. Van Parreren
Pengarang
ini menaruh banyak perhatian pada variasi dalam bentuk atau
jenis belajar. Misalnya orang A, B dan C diberi tugas untuk menghafalderetan
bilangan 6 7 5 6 4 5 3 4 2 3 1 2 0 setelah beberapa waktu ketiga orang tersebut dapat memproduksikan
deretan bilangan tersebut dalam uraian yang tepat. Oranng A telah mempelajari
deretan itu sebagaimana adanya, bilangan satu demi satu, kemudian dia
menyebutkan kembali.
Adapun
sistematika bentuk-bentuk sebagaimana dikembangkan oleh Van Parreren secara
lengkap, adalah sebagai berikut:
a.
Membentuk otomatisme
b.
Belajar incidental
c.
Menghafal.
d.
Belajar mengetahui.
e.
Belajar arti kata-kata.
f.
Belajar konsep (pengertian)
g.
Belajar memecahkan problem melalui problem.
h.
Belajar berfikir
i.
Belajar untuk belajar.
j.
Belajar dinamik.
3. Menurut Robert M. Gagne
Robert
M. Gagne mengemukakan bahwa bentuk atau jenis belajar berjumlah jauh lebih dari
satu saj. Mula-mula R. Gagne menyusun suatu sistematika bentuk-bentuk belajar
yang mencakup pula keempat tipe dasar belajar.
4. Hilgard dan Bower
Hilgard dan Bower,dalam buku “teoris of
learning (1975) mengemukakan “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
secara berulang ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu
tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan kematangan
atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan
sebagainya).[8]
5. H.C Witherington
Ahli
ini mengemukakan belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian ditandai
adanya pola sambutan baru yang dapat berupa suatu pengertian. Definisi tentang
belajar yang disusunoleh H.C Witherington ini terdiri dari tiga buah pendek
dari belajar. Perubahan tersebut dapat terjadi dalam hal kecakapan, dalam suatu
sikap atau dalam suatu pengertian dan seterusnya.[9]
B. Ruang Lingkup Belajar
Setiap disiplin
ilmu yang ada semuanya mempunyai ruang lingkup pembahasan masing-masing.
Sehingga apa yang akan dikaji dalam suatu topik tidak akan keluar dari
pembahasan pokoknya, dan ini menjadikan suatu disiplin ilmu tersebut menjadi
tepat sasaran bahasanya dan sebagainya. Dan ruang lingkup juga tidak hanya
dalam materi perkuliahan dan sekolah-sekolah saja, melainkan juga yang bukan
dari itu. Oleh karenanya, agar lebih tahu sedikit tentang ruang lingkup,
berikut akan diuraikan sedikit mengenai pengertianya.
Ruang lingkup
adalah batasan. Ruang lingkup juga dapat dikemukakan melalui variabel-variabel
yang diteliti, populasi atau subyek penelitian dan lokasi penelitian.
Penggambaran ruang lingkup dapat kita nilai dari data karakteristik responden
perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran yang komperehensif tentang bagaimana
keadaan responden penelitian yang dilakukan, yang boleh jadi diperlukan untuk
melihat data hasil pengukuran variabel-variabel pengukuran yang diteliti.[10]
Lebih jelasnya
ruang lingkup adalah suatu batasan dalam sebuah pembahasan materi atau sesuatu
agar tidak keluar dari alur pembahasan, dan selalu terkait dalam tema yang
bersangkutan.
Sebagai sebuah
disiplin ilmu yang merupakan cabang dari psikologi, yang kajianya dikhususkan
pada masalah belajar, maka psikologi belajar memiliki ruang lingkup disekitar
masalah belajar saja. Oleh karenanya tidak aneh apabila ruang lingkup psikologi
belajar terdapat juga dalam kajian psikologi pendidikan.
Ini dikarenakan
psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha menerangkan masalah belajar
menurut prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia yang tela
ditentukan secara ilmiah. Karenanya, masalah belajar mendapat sorotan yang
besar dalam psikologi pendidikan.
Psikolgi
belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi
tiga pokok bahasan, yaitu masalah belajar, proses belajar dan situasi belajar.
Berikut uraian-uraian mengenai hal tersebut :[11]
1. Pokok Bahasan Mengenai Belajar
Ada beberapa pokok bahasan mengenai belajar yaitu :
a. Teori-teori belajar
b. Prinsip-prinsip belajar
c. Hakikat belajar
d. Jenis-jenis belajar
e. Aktifitas-aktifitas belajar
f.
Teknik belajar efektif
g. Karakteristik perubahan hasil belajar
h. Manifestasi perilaku belajar
i.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
2. Pokok Bahasan Mengenai Proses Belajar
Berikut ini pokok bahasan mengenai proses belajar
yaitu :
a. Tahapan perbuatan belajar
b. Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar
c. Pengaruh pengalaman belajar terhadap perilaku individu
d. Pengaruh motifasi terhadap periaku belajar
e. Signifikansi perbedaan individual dalam kecepatan
memproses kesan dan keterbatasan kapasitas individu dalam belajar
f.
Masalah proses lupa dan kemampuan individu memproses perolehanya melalui
transfer belajar.
3.
Pokok Bahasan Mengenai Situasi Belajar
Adapun pokok bahasan mengenai situasi belajar yaitu :
a. Suasana dan keadaan lingkungan fisik
b. Suasana dan
keadaan lingkungan non fisik
c. Suasana dan keadaan lingkungan sosial
d. Suasana dan keadaan lingkungan non sosial
Ruang lingkup yang disebutkan diatas merupakan
persoalan dan pokok pembahasan yang akan menjadi kajian bersama dalam
mempelajari psikologi belajar.
Belajar
merupakan kegiatan sehari hari yang dilakukan baik di lingkungan formal,
nonformal, maupun di masyarakat. Lingkungan formal yaitu sekolah, dan institusi
pendidikan, nonformal antara lain kursus-kursus dan pelatihan, serta lingkungan
masyarakat yang merupakan tempat interaksi sosial. Kegiatan Belajar yang
dialami oleh anak didik dan ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang
dilakukan oleh pendidik/guru.
Pada
sisi lain, kegiatan belajar juga berupa perkembangan mental yang didorong oleh
tindak pendidikan atau guru. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan
usaha atau rekayasa guru. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai
dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan
hasil belajar. Kemudian hal itu akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan
siswa menuju kemandirian.
Dari
segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan mendidik yang
memberikan materi ajar sesuai dengan kriteria persiapan guru. Proses belajar
siswa tersebut menghasilkan perilaku baik yang dikehendaki oleh aturan
persekolahan sehingga menghasilkan anak didik yang berjiwa besar dalam dunia
pendidikan sekaligus menjadi orang yang benar-benar berbudi baik di mata
masyarakat.
C. Objek Belajar
Sehubungan dengan pembelajaran yang
berpusat pada guru, minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan guru,
yaitu: guru sebagai perencana; sebagai penyampai informasi; dan sebagai
evaluator.
Selain guru sebagai pusat yang menentukan
segalanya dalam pembelajaran, ciri lain adalah siswa ditempatkan sebagai objek
belajar. Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum memahami apa
yang harus dipahami, sehingga dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk
memahami segala sesuatu yang disampaikan guru. Peran siswa adalah sebagai
penerima informasi yang diberikan guru.
Jenis pengetahuan dan keterampilan
kadang tidak mempertimbangkan kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan
yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.
Sebagai objek belajar, kesempatan siswa
untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minatnya, bahkan untuk
belajar sesuai dengan gaya belajarnya menjadi terbatas. Sebab dan proses pembelajaran
segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
Objek kajian psikologi pendidikan, tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak
pada peserta didik. Karena hakikat pendidikan adalah pelayanan khusus
diperuntukkan bagi peserta didik. Oleh karena itu objek kajian psikologi
pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi lebih
condong pada aspek psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat
dalam proses pembelajaran.
Menurut Glover
dan Ronning dalam Sudarwan Danim dan Khairil bahwa objek kajian psikologi
pendidikan mencakup topik-topik tentang pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik, hereditas dan lingkungan, perbedaan individual peserta didik, potensi
dan karakteristik tingkah laku peserta didik, pengukuran proses dan hasil
pendidikan dan pembelajaran, kesehatan mental, motivasi dan minat, serta
disiplin lain yang relean.
Sedangkan
menurut Syaodih Sukmadinata dalam Syaiful Sagala mengatakan bahwa objek kajian
psikologi pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, dengan dukungan sarana dan
fasilitas tertentu yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Psikologi pendidikan berusaha untuk mewujudkan tindakan psikologis yang
tepat dalam interaksi antar setiap faktor pendidikan. Pengetahuan psikologis
tentang peserta didik menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Karena
itu, pengetahuan tentang psikologi.
Pendidikan
seharusnya menjadi kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang yang
menyadari dirinya sebagai pendidik.
Secara garis
besar banyak ahli membatasi objek kajian psikologi pendidikan menjadi tiga
macam:
- Mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar peserta didik, dan sebagainya;
- Mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik;
- Mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan, baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Kebutuhan sekunder seorang anak dan bagaimana
memberikan layanan pembelajaran efektif, sehingga konten sajian mengendap pada
memorinya menjadi bagian objek kajian psikologi pendidikan. Kreativitas juga
merupakan salah satu aspek yang dibahas dalam psikologi pendidikan. Psikologi
pendidikan merupakan cabang psikologi yang berfokus pada pengembangan
teknik mengajar dan penilaian yang efektif bagi kemajuan peserta didik sesuai
dengan minat dan bakatnya.[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunngannya dalammemenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam
seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian dapat di definisikan sebagai
berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Psikolgi belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi
tiga pokok bahasan, yaitu masalah belajar, proses belajar dan situasi belajar.
Objek kajian psikologi pendidikan, tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak
pada peserta didik. Karena hakikat
pendidikan adalah pelayanan khusus diperuntukkan bagi
peserta didik. Oleh karena itu objek kajian psikologi pendidikan, selain
teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi lebih condong pada aspek
psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat dalam proses
pembelajaran.
B.
Saran
Diharapkan setelah membaca
makalah ini pembaca menjadi lebih pahaman mengenai pengertian belajar, ruang
lingkup belajar dan objek belajar, penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman Saleh, 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2013.
Psikologi Belajar. Jakarta: Ranieka Cipta.
Aunurrahman, 2012. Belajar dan Pembelajarannya.
Bandung: Alfabeta.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
mempengaruhi belajar. Jakarta: Ranieka Cipta.
Muhibbin Syah, 2013. Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2014)
Ihsana El Khuluqo, 2017. Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwa Admaja Prawira,2013. Psikologi pendidikan
dalam perspektif baru.
Jakarta, Ar-ruzz Media.
Syaiful Bahri Djamarah, 2011. Psikologi Belajar.
Jakarta: Ranieka Cipta.
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 57
[1]Aunurrahman, Belajar dan Pembelajarannya, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 33
[2]Abdurrahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif
Islam, (Jakarta,Prenada Media,2004), h.209
[3]Slameto, Belajar dan Faktor Faktor yang mempengaruhi
belajar,(Jakarta: Ranieka Cipta, 2003), h. 2
[4]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 87-88
[5]M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2014), h. 84-85
[6]Ihsana El Khuluqo,Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2017), h. 1
[7]Abu Ahmadi dan dan Widodo Supriyono,
Psikologi Belajar, (Jakarta: Ranieka Cipta, 2013), h. 126-127
[9] Purwa Admaja Prawira, Psikologi pendidikan dalam perspektif
baru, (Jakarta, Ar-ruzz Media, 2013) , h.225
[10] Riefky Hamdallah Fandy, Pengertian
Ruang Lingkup,2011.
[11] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:
Ranieka Cipta, 2011), h. 3
[12] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna
Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 57