Psikologi pendidikan esensinya merupakan aplikasi teori dan metode
psikologi ke dalam dunia pendidikan atau pembelajaran. Metode-metode psikologi
dalam banyak hal aplikatif dibidang layanan pendidikan dengan pendekatan
psikologis. Metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Dengan demikian, metode psikologi pendidikan adalah cara yang ditempuh untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran. Aplikasi metode ini
didasari atas pertimbangan, esensi, hakikat, dan prinsip-prinsip tentang
prilaku siswa dalam situasi pendidikan dan pembelajaran.
Meski bukanlah seorang psikolog, aplikasi metode-metode ini kerap
dipakai oleh guru Bimbingan Konseling/ Karir atau guru pada umumnya. Tentu
saja, kemampuan sebagian guru relatif terbatas dibandingkan dengan psikolog dan
konselor sekolah yang dikhususkan. Namun demikian, mereka ini untuk hal-hal
tertentu dan dalam batas-batas tertentu pula dapat menerapkan metode tersebut
untuk memahami dan memecahkan problem-problem pendidikan dan pembelajaran
siswa. Aplikasi metode ini diperuntukkan bagi keperluan pemahaman kondisi awal,
pengumpulan data, analisis data, refleksi, perumusan simpulan, dan rekomendasi
untuk solusi. Beberapa metode yang lazim dipakai dalam psikologi pendidikan
disajikan berikut ini.
1.
Metode
Wawancara
Salah satu metode pengumpulan data untuk mengetahui kondisi siswa
dari sisi aneka keunggulan, masalah, serta prilaku dan faktor-faktor
penyebabnya adalah wawancara. Instrumen yang digunakan oleh psikolog pendidikan
atau guru dalam kerangka ini adalah pedoman wawancara. Metode wawancara
biasannya dilakukan kepada siswa secara individual atau dalam kelompok-kelompok
kecil. Wawancara pada siswa yang memiliki masalah spesifik harus dilakukan
secara individual. Kegiatan ini biasanya dilakukan melalui kontrak langsung
secara berulang-ulang sesuai dengan keperluan.
Wawancara ada dua jenis, yaitu wawancara relatif berstruktur dan
wawancara bebas. Wawancara relatif berstruktur adalah wawancara yang dilakukan
oleh guru kepada siswa dengan mengajukan sejumlah pertanyaan atau pertanyaan
disertai alternatif jawabannya, namun sangat terbuka bagi perluasan jawaban.pertanyaan
yang yang diikuti alternatif jawaban itu biasanya hanya pertanyaan pertama,
sebagai pertanyaan pancing untuk bertanya secara devergen atau mengembang.
Jawaban yang diberikan terwawancara tidak berarti tidak dapat keluar dari
alternatif yang di buat oleh guru atau psikolog pendidikan.
Wawancara tidak berstruktur identik dengan wawancara bebas dan
paling umum dipakai ketika psikolog pendidikan atau guru menentukan
permasalahan atau aspirasi siswa secara tiba-tiba. Di sini, psikolog pendidikan
hanya mengajukan sejumlah pertanyaan atau pertanyaan-pertanyaan yang mengundang
jawaban atau komentar siswa secara bebas. Pandangan, pendapat, sikap dan
keyakinan siswa yang diwawancarai tidak banyak dipengaruhi psikolog pendidik
atau guru. Pelaksanaan wawancara biasanya berlangsung secara informal, luwes
dan seringkali harus dilakukan wawancara ulang untuk hal yang sama.
Pedoman wawancara hanya berupa pertanyaan atau pertanyaan singkat,
dengan membuka kemungkinan menerima jawaban panjang. Untuk wawancara jenis ini,
keterampilan dan kejelian psikolog pendidikan atau guru lebih dituntut. Dia
harus menguasai permasalahan, agar jawaban dapat disimpulkan dan muara
pembicaraan dapat dikontrol. Secara umum langkah-langkah wawancara disajikan
sebagai berikut.
a.
Pembukaan,
dimana psikolog pendidikan atau guru menciptakan suasana yang kondusif,
memberikan penjelasan tentang fokus dan tujuan wawancara, serta waktu yang akan
dipakai, dan sebagainya.
b.
Pelaksanaan,
dimana psikolog pendidikan atau guru memasuki inti wawancara, sifat kondusif
tetap di perlukan dan juga suasana informal.
c.
Penutup,
berupa pengakhiran dari wawancara, ucapan terima kasih, kemungkinan wawancara
lebih lanjut, tindak lanjut yang bakal dilakukan, dan sebagainya.
2.
Metode
Intropeksi
Secara
historis intropeksi adalah metode tertua dari semua metode pendidikan. Metode
ini sebelumnya digunakan dalam filsafat dan kemudian dalam psikologi untuk
mengumpulkan data tentang pengalaman sadar subjek. Intropeksi berarti melihat
secara mendalam melalui pengamatan diri sendiri atau pribadi. Metode ini
dipakai untuk memahami kesehatan mental dan keadaan pikiran sendiri. Metode ini dikembangkan oleh
penganut aliran strukturalis dalam psikologi yang mendefinisikan psikologi sebagai
studi tentang pengalaman sadar individu.
3.
Metode
observasi
Dengan
perkembangan psikologi sebagai ilmu objektif tentang prilaku, metode intropeksi
digantikan oleh pengamatan seksama terhadap prilaku manusia atau hewan. Pengamatan secara harfiah berarti
mencari diluar diri. Ini adalah metode yang sangat penting untuk mengumpulkan
data hampir semua jenis penelitian, termasuk dibidang psikolog pendidikan.
Pengamatan dilakukan secara langsung atau tidak langsung, terjadwal atau tidak
terjadwal, alami atau buatan, atau peserta dan non peserta.
Metode observasi dilakukan degan jalan mengadakan pengamatan
terhadap tingkah laku siswa dalam keadaan yang wajar. Kegiatan ini dilakukan
oleh psikolog pendidikan atau guru secara berencana, sistematik, dan continyu.
Hasil observasi dicatat atau direkam secara lengkap. Kegiatan observasi ii bisa
dilakukan secara langsung, bisa juga menggunakan media teknologi. Di
sekolah-sekolah modern, biasanya sudah tersedia close circuit television
(cctv) untuk mengobservasi siswa yang sering terlambat, prilaku siswa
dikelas dan dilaboratorium, bahkan prilaku mereka dikampus sekolah.
Kegiatan observasi tanpa bantuan teknologi sebaiknya dilakukan
dengan pendekatan partisipasif. Untuk terlaksananya observasi dengan baik,
psikolog pendidikan atau guru perlu menyusun pedoman atau garis-garis besar
fokus observasi. Pedoman observasi itu juga bisa dalam bentuk daftar cek (chek
list) atau daftar isian. Fokus objek observasi dapat terbatas dan dapat pula
luas spektrumnya. Untuk fokus yang terbatas, psikolog pendidikan atau guru
dapat melakukannya sendiri. Jika fokusnya luas atau banyak, seringkali psikolog
pendidikan atau guru harus meminta bantuan kepada orang lain. Bantuan orang
lain dapat dilakukan, jika yang meminta bantuan tersebut mempunyai kemampuan
yang relatif sama dengan psikolog pendidikan atau guru.
4.
Metode
Tes
Untuk
mengetahui minat, bakat, potensi, tingkat kecerdasan, dan
kecendrungan-kecendrungan lainnya dari siswa, seringkali psikolog pendidikan
atau guru (dengan meminta bantuan psikolog) melakukan tes kepada siswanya. Ada
beberapa macam tes, misalnya tes intelegensi, tes sikap, tes kecepatan reaksi,
tes hasil belajar, dan sebagainya. Hasil tes ini dianalisis sedemikian rupa
untuk “memporsikan” siswa sesuai dengan tujuan tes tersebut.
5.
Metode
Kuisioner
Angket kuisioner adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan
terlulis dalam lembar kertas atau sejenisnya dan disampaikan oleh psikolog
pendidikan atau guru kepada siswa untuk diisi tanpa intervensi pihak lain.
Kuisioner dapat bersifat terbuka atau tertutup.
Kuisioner terbuka adalah kuisioner yang berisi sejumlah pertanyaan
yang jawabannya ditentukan oleh siswa tanpa perlu “dipadu jawabannya” oleh
psikolog pendidikan atau guru. Psikolog pendidikan atau guru tidak menentukan
alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan yang diajukan.sebuah kuisioner
dikatakan memenuhi syarat, jika dirumuskan secara singkat dan dapat dicerna
isinya, mempunyai urutan yang logis, jawaban yang diminta engacu pada fokus,
mengundang jawaban bebas dari subjek, hanya untuk tujuan menjaring data bagi
kepentingan pendidikan dan pembelajaran, jawaban yang ada memungkinkan
ditafsirkan secara tepat, dan jimlahnya sesuai kebutuhan. Jawaban-jawaban atas
kuisioner itu kemudian dianalisis dan disimpulkan.
6.
Studi
Kasus
Studi
kasus merupakan kajian atau penelitian mendalam tentang subjek. Studi kasus
juga bermakna analisis mendalam tentang seseorang, kelompok, atau fenomena.
Berbagai teknik yang digunakan dalam kerangka studi kasus antara lain adalah
wawancara pribadi, tes psikometri, pengamatan langsung, dan catatan arsip.
Studi kasus yang paling sering digunakan dalam psikologi klinis penelitian
untuk menggambarkan pristiwa langkah dan kondisi mengenai subjek. Studi kasus
semacam ini khusus yang digunakan dalam psikolog.
7.
Metode
Lainnya
Beberapa metode lainnya yang dapat dipakai oleh psikolog pendidikan
atau guru adalah eksperimen (baik semu maupun sungguhan), metode diferensial,
metode klinis, dan sebagainnya. Metode eksperimen telah dikembangkan dalam
psikologi dengan upaya terus menerus oleh para psikolog untuk membuat
penelitian objektif dan ilmiah tentang prilaku manusia. Salah satu konstribusi
utama behaviorisme adalah pengembangan metode eksperimental untuk memahami,
megendalikan, dan memprediksi prilaku. Metode eksperimen merupakan pengamatan
yang palling tepat , terencana dan sistematis. Metode percobaan menggunakan
prosedur sistematis yang disebut desain eksperimental. Desain eksperimental
memberikan garis penduan penting bagi peneliti untuk melaksanakan penelitiannya
secara sitematis.
Metode klinis terutama digunakan untuk mengumpulkan informasi rinci
tentang masalah prilaku kasus tidak menyesuaikan diri dan menyimpang. Tujuan
utama dari metode ini adalah studi atas kasus individu atau kasus kelompok
untuk mendeteksi dan mendiagnosa masalah-masalah khusus mereka dan menyerankan
langkah-langkah terapi untuk merehabilitasi mereka dilingkungan mereka. Metode
diferensial digunakan untuk meneliti perbedan-perbedaan individual yang
terdapat diantara anak didik. Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran
serta menggunakan statistik untuk menganalisis data sanngat lazim dalam
metode-metode psikolog. Metode klinis digunakan untuk mengumpulkan data secara
lebih rinci mengenai prilaku penyesuaian dan kasus-kasus perilaku menyimpang.
Referensi buku :
Prof. Dr. Sudarwan danim dan Dr. H. Khairil, PSIKOLOGI PENDIDIKAN
(dalam prespektif baru), alfabet , bandung, 2011.
0 komentar:
Posting Komentar